Laman

 photo tabfashion.png photo tabtumblr.png photo tabtutorial.png
 photo tabtutorial.png

TIGA TEORI dalam Hubungan Internasional

Liberalisme, Realisme, dan Merkantilisme

Ima Sarah Nabila
113112350750087

REALISME
Realisme termasuk dalam Grand Theory. Teori ini dikemukakan oleh Hans J. Morgenthau. Dalam studinya mengenai hubungan internasional, Morgenthau menyederhanakan fakta-fakta yang ada mengenai perilaku suatu negara dalam dunia internasional. Variabel yang dianggap paling mampu menjelaskan perilaku internasional tersebut adalah Kekuasaan (power). Bahwa dalam pandangan realis, negara-negara di dunia melakukan politik internasional untuk mendapatkan kekuasaan.[5] Dunia internasional adalah arena struggle of power. National interest suatu negara adalah hal yang ingin diperjuangkan. National interest dapat berupa power (kekuasaan), security (pertahanan keamanan), dsb. Kaum realis menganggap dunia internasional adalah anarkhis sehingga setipa negara harus mampu mempertahankan diri dan kepentingannya agar tidak tertindas oleh negara lain. Untuk itu negara-negara di dunia memerlukan instrumen yang menjadi kekuatan utama agar dapat bersaing ataupun mempertahankan diri, yakni kekuatan militer dan ekonomi. Dua hal tersebut merupakan akumulasi power yang harus dimiliki atau direbut dari negara lain.

Maka politik yang dijalankan oleh seorang pemimpin negara menjelaskan bagaimana suatu kekuasaan itu dipergunakan. Politik dapat mencakup social proccess (proses sosial), rivalry and corporation (persaingan dan kerja sama), making of decision (pembuatan kebijakan), serta binding in a group (terikat dalam suatu keompok).[6] Karena itu, Politik menjadi perilaku utama dalam memahami suatu negara memerlakukan suatu kebijakan internasional.

Kelemahan teori Realisme adalah hanya memandang dunia secara sempit, yakni bahwa dunia internasional adalah anarkhis, dan negara adalah akator utama dalam hubungan internasional, penentu segala macam kebijakan yang berlaku baik untuk wilayahnya (rakyat dan teritorinya) ataupun sikap negara tersebut terhadap negara lain. Realisme tidak memperhitungkan dinamika hubungan internasional yang setiap saat dapat berubah dan tidak selamanya menjadi arena yang perlu untuk dikhawatirkan, adakalanya dunia internasional menginginkan perdamaian.

LIBERALISME
Teori ini lahir sebagai bentuk kritik terhadap teori Realisme, menyusul berakhirnya Perang Dunia II. Pasca Perang Dunia II usai, konsentrasi politik dunia telah bergeser pada orientasi ekonomi, di mana hubungan internasional diarahkan pada kerjasama internasional untuk membangun kembali dunia yang hancur akibat perang dan fokus menciptakan tatanan dunia yang damai dan mewujudkan stabilitas internasional.

Proporsi teoritik paham ini adalah bahwa kalkulasi ekonomi maupun politik, yakni kemakmuran dan keamanan bersama adalah lebih penting daripada kalkulasi power. Liberalime memandang bahwa negara bukanlah satu-satunya unit analisis yang utama dalam hubungan internasional, karena negara terdiri dari banyak individu yang membentuk kelompok-kelompok dan tiap-tiap dari mereka memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Maka suatu negara tidak dapat secara sepihak menentukan kebijakan. Oleh karena itu, negara berfungsi sebagai fasilitator dalam mengakomodir kepentingan rakyatnya dan melindungi kebebasan individu mereka. Dalam dunia internasional, liberalisme menghendaki terpeliharanya perdamaian yang dapat diwujudkan melalui kerjasama internasional dan collective security.

Kaum liberalis percaya bahwa dengan adanya kerjasama dan institusi internasional, maka konflik antar negara atau konflik internasional dapat diselesaikan dalam forum internasional. Adanya organisasi internasional juga dapat menjaga agar dunia tetap dalam keadaan damai.[7] Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Liberalisme bertujuan untuk menciptakan win-win solution bagi setiap aktor yang terlibat di dalam hubungan internasional, baik negara, organisasi, maupun individu, karena untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan setiap aktor tersebut akan saling membutuhkan (interdependensi) dan saling ketergantungan tersebut diwujudkan dalam kerjasama.

Kelemahan teori Liberalisme karena sifatnya yang terlalu idealis dengan menganggap bahwa situasi dunia internasional dapat dikendalikan oleh kesepakatan negara untuk damai justru telah membuat suatu negara cenderung mengabaikan pentingnya power. Suatu negara jika terlalu terlena dengan kebaikan liberalisme yakni globalisasi yang memudahkan pertukaran segala aspek (nilai, barang, jasa, informasi dsb), maka negara yang cenderung lemah dan masih belum kuat sistem liberalnya akan mudah dipengaruhi oleh negara yang kuat sistem liberalnya, seperti nilai budaya yang bergeser sehingga kehilangan identitas nasionalnya, persaingan pasar yang tidak seimbang, atau bahkan dapat diintervensi sistem pemerintahannya.

MERKANTILISME
Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara yang bersangkutan, dan bahwa besarnya volum perdagangan global teramat sangat penting. Aset ekonomi atau modal negara dapat digambarkan secara nyata dengan jumlah kapital (mineral berharga, terutama emas maupun komoditas lainnya) yang dimiliki oleh negara dan modal ini bisa diperbesar jumlahnya dengan meningkatkan ekspor dan mencegah (sebisanya) impor sehingga neraca perdagangan dengan negara lain akan selalu positif. Merkantilisme mengajarkan bahwa pemerintahan suatu negara harus mencapai tujuan ini dengan melakukan perlindungan terhadap perekonomiannya, dengan mendorong eksport (dengan banyak insentif) dan mengurangi import (biasanya dengan pemberlakuan tarif yang besar). Kebijakan ekonomi yang bekerja dengan mekanisme seperti inilah yang dinamakan dengan sistem ekonomi merkantilisme.
Merkantilisme merupakan sebuah sistem tentang kebijakan ekonomi yang banyak dipraktekan oleh para negarawan Eropa dalam rangka menjamin kesatuan politik dan kekuatan nasionalnya. Sistem ini dikenal dengan sebutan the commercial or mercantile system yang dipelopori Adam Smith yang dikenal sebagai bapak pendiri ekonomi klasik dan bapak Ilmu Ekonomi yang sesungguhnya.
Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak ekspor dan sesedikit mungkin impor. Oleh karena itu paham ini menyebarluaskan nasionalisme  ekonomi.  Oleh karena itu kemudian teori ini dikenal pula dengan perspektif nasionalis . kaum merkantilis selalu melakukan pengendalian pemerintah yang ketat terhadap semua aktivitas ekonomi dan mengajarkan nasionalisme ekonomi karena karena mereka percaya bahwa sebuah negara hanya dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan mengorban negara lain, dimana hal ini berarti perdagangan adalah zero-sum game. Penerapan sistem merkantilisme bagi sebuah negara juga bertujuan untuk melindungi perkembangan industri perdagangan dan melindungi kekayaan negara yang ada di masing-masing negara tersebut.
Kelemahan Merkantilisme bahwa Aktivitas  ekonomi  sejatinya tunduk dan mengikuti pada tujuan pembangunan negara maka ekonomi digunakan sebagai alat politik suatu negara dan dengan argument dasar tetap pada suatu aspek politis. Sehingga  posisi perekonomian internasional menurut aliran ini  merupakan arena konfliktual  antara kepentingan nasional yang saling bertentangan dan bukan sebuah wilayah kerja sama yang saling menguntungkan.
Persaingan ekonomi antar negara merupakan suatu pola permainan zero sum, yakni hanya ada satu pemenang saja, dimana  suatu negara mengalami keuntungan, maka rivalnya akan mengalami kerugian akan mengalami kerugian. Fokus utama dari merkantilisme adalah adanya tendensi akan pasar dalam konsentrasi kekayaan dan menghadirkan dependensi hubungan kekuatan antara ekonomi kuat dan lemah.
   Kaum merkantilis juga tidak mengenal adanya istilah ketergantungan justru lebih berakar pada istilah self determination sehingga, aliran ini merupakan aliran yang percaya bahwa interaksi yang ada merupakan sebuah kompetisi yang saling menjatuhkan.

SUMBER
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Liberalisme
http://arnaldi-nasrum.blogspot.com/2012/10/realisme-sebagai-perspektif-dalam.html
http://riszinwords.wordpress.com/2013/02/15/teori-hubungan-internasional-i/
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Merkantilisme
http://gebypurnama.blogspot.com/2012/11/teori-merkantilisme.html

http://fanny-a--fisip09.web.unair.ac.id/artikel_detail-42442-Tugas%20EPI-TeoriTeori%20EPI:%20Liberalis,%20Marxisme,%20Merkantilisme.html

*Tulisan ini digunakan sebagai catatan kuliah dalam mata kuliah "Teori-teori dalam Hubungan Internasional"
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...