Ø Model Gerbner
# Seseorang diperhatikan sebagai M yang berarti manusia (man) atau sebagai M bila urutan komunikasinya melibatkan alat mekanisme. M mungkin pengirim atau penerima pesan-perannya dimaknai berdasarkan letaknya dalam urutan komunikasi
# E’ adalah kejadian (event) sebagaima dipersepsi oleh M
# S/E adalah pernyataan mengenai peristiwa
# SSE adalah sinyal mengenai pernyataan mengenai kejadian
# SSSE adalah hasil yang dikomunikasikan
Jadi, model Garbner menunjukkan bahwa seseorang mempersepsi suatu kejadian dan mengirim pesan kepada suatu Transmitter yang pada gilirannya mengirimkan sinyal kepada penerima (receiver); dalam transmisi itu sinyalnya menghadapi gangguan dan muncul sebagai SSSE bagi sasaran (destination).
Ø Model DeFleur
De Fleur mempersoalkan arti dari isi pernyataan yang disampaikan dan arti dari isi pernyataan yang diterima. Noise dapat mempengaruhi semua unsur komunikasi. De Fleur menemukan adanya umpan balik (feedback). Dengan umpan balik ini, akan lebih mudah tercapai persamaan arti antara arti message yang disampaikan dan arti pesan yang diterima. Dalam komunikasi massa, komunikator hanya memperoleh feedback yang terbatas atau tidaklangsung dari khalayaknya.
Ø David Berlo
Model komunikasi ini dikenal dengan S-M-C-R. S adalah source yaitu pengirim pesan, M adalah Message yaitu pesan itu sendiri, Channel yaitu saluran atau cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan R yaitu Receiver atau penerima pesan yang menjadi sasaran kita.
David K. Berlo model ini ia temukan pada tahun 1960, yang lebih dikenal dengan nama model SMCR (Source-Message-Channel-Receiver). Menurut Berlo, source dan receiver dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: ketrampilan berkomunikasi, tindakan yang diambil, luasnya pengetahuan, sistem sosial, dan kebudayaan lingkungan sekitar. Sedangkan pesan yang diutarakan dikembangkan sesuai dengan elemen, struktur, isi, perlakuan, dan kode. Kemudian channel yang akan digunakan berhubungan langsung dengan panca indera, yaitu
dengan melihat, mendengar, menyentuh, mencium bau-bauan, dan mencicipi. Tidak terbatasnya penggunaan model ini terhadap konteks komunikasi lain (seperti komunikasi massa, komunikasi antarpribadi, maupun berbagai bentuk komunikasi tertulis) menjadi suatu kelebihan tersendiri bagi model Berlo. Selain itu, model ini juga berfungsi sebagai pemandu para komunikan dalam melakukan komunikasi.
dengan melihat, mendengar, menyentuh, mencium bau-bauan, dan mencicipi. Tidak terbatasnya penggunaan model ini terhadap konteks komunikasi lain (seperti komunikasi massa, komunikasi antarpribadi, maupun berbagai bentuk komunikasi tertulis) menjadi suatu kelebihan tersendiri bagi model Berlo. Selain itu, model ini juga berfungsi sebagai pemandu para komunikan dalam melakukan komunikasi.
Ø Stewart L. Tubbs
Ada empat jenis pesan yang mungkin:
(1) Verbal disengaja
(2) Verbal tak disengaja
(3) nonverbal disengaja
(4) nonverbal tak disengaja
Pesan verbal adalah semua jenis komunikasi lisan yang menggunakan suatu kata atau lebih. Communicative stimuli (rangsangan wicara): usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan = Pesan verbal disengaja.
Pesan nonverbal meliputi aspek nonverbal dalam perilaku kita: ekspresi wajah, sikap tubuh, nada suara gerakan tangan, cara berpakaian, dan sebagainya. Semua pesan yang disampaikan tanpa kata-kata atau selain dari kata-kata yang kita pergunakan.
Pesan nonverbal tak disengaja: semua aspek nonverbal dalam perilaku kita yang kita sampaikan tanpa kita kontrol.
Saluran komunikasi tatap muka adalah organ pengindera – khususnya pendengaran, pengelihatan dan perabaan. Gangguan (interference) dan kegaduhan (noise) yakni segala sesuatu yang mengubah informasi yang disampaikan kepada penerima atau mengalihkannya dari penerimaan tersebut. Ada dua jenis; gangguan teknis dan gangguang semantik.
Ø The bullet theory of communication ( teori peluru )
Teori peluru ini merupakan konsep awal sebagai effek komunikasi massa yang oleh para teoritis komunikasi tahun 1970 an dinamakan pula hypodermic needle thory yang dapat diterjemahkan sebagai teori jarum hipodermik. Teori ini ditampilkan pada tahun 1950 an setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invasion From Mars”.Wilbur Schramm pada tahun 1950 an itu mengatakan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak berdaya. Tetapi pada tahun 1970 an Scrhamm meminta pada khalayak peminatnya agar teori peluru komunikasi itu tidak ada, sebab khalayak yang menjadi sasaran media massa itu ternyata tidak pasif.
Pernyataan Schramm tentang pencabutan teorinya tersebut didukung oleh Paul Lazarsfeld dan Raymond Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru komunikasi, mereka tidak jatuh terjerembab. Kadang – kadang peluru itu tidak menembus. Adakalanya efek yang timbul berlainan dengan tujuan si penembak.
Sementara itu Raymond Bauer menyatakan bahwa khalayak sasaran tidak pasif,mereka bandel (stubborn).Secara aktif mereka mencari yang diinginkan dari media massa. Jika menemukannya, lalu melakukan interpretasi sesuai dengan predisposisi dan kebutuhannya.
Ø Model Gudykunst dan Kim
Menurut Godykunst dan Kim, penyandian pesan dan penyandian-balik pesan merupakan proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konspetual yang dikategorikan menjadi faktor-faktor buday, sosiobudaya, psikobudaya dan faktor lingkunga. Lingkaran paling dalam, yang mengandung interaksi antara penyandian pesan paling dalam, yang mengandung interaksi antara penyandian pesan dan penyandian pesan balik pesan, dikelilingi tiga lingkaran lainnya yang merepresentasikan pengaruh budaya, sosiobudaya, dan psikobudaya.
Salah satu unsur yang melengkapi model Godykunst dan Kim adalah lingkungan. Lingkungan mempengaruhi kita dalam menyand dan menyandi balik pesan. Lokasi geografis, iklim, situasi arsitektual (lingkungan fisik). Dan persepsi kita atas lingkunga tersebut mempengaruhi cara kita menafsirkan rangsangan yang datang dan prediksi yang kita buat mengenai perilaku orang lain.
Sumber : Dikutip dari Blogger