Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu tradisi pemikiran yang sangat
berpengaruh dalam studi hubungan internasional saat ini. Tradisi ini berkembang
di Amerika sejak berakhirnya Perang Dingin sebagai reaksi terhadap kegagalan
tradisi-tradisi dominan dalam studi hubungan internasional ¾ realisme dan
liberalisme ¾ untuk memprediksi ataupun memahami transformasi sistemik yang
mengubah tatanan dunia secara drastis.
Secara ontologis, konstruktivisme dibangun atas tiga proposisi
utama. Pertama, struktur sebagai pembentuk perilaku
aktor sosial dan politik, baik individual maupun negara, tidak hanya terdiri
memiliki aspek material, tetapi juga normatif dan ideasional. Berbeda dengan
neorealis dan marxis, yang menekankan pada struktur material hanya dalam bentuk
kekuatan militer dan ekonomi dunia yang kapitalis, konstruktivis berargumen
bahwa sistem nilai, keyakinan dan gagasan bersama sebenarnya juga memiliki
karakteristik struktural dan menentukan tindakan sosial maupun politik.
Sumber-sumber material sebenarnya hanya bermakna bagi tindakan atau perilaku
melalui struktur nilai atau pengetahuan bersama. Disamping itu, struktur
normatif dan ideasional lah yang sebenarnya membentuk identitas sosial aktor-aktor politik.
Kedua, kepentingan (sebagai dasar bagi tindakan atau perilaku politik)
bukan menggambarkan rangkaian preferensi yang baku, yang telah dimiliki oleh
aktor-aktor politik, melainkan sebagai produk dari identitas aktor-aktor
tersebut. Berbeda para teoretisi neorealis, neoliberal ataupun marxist, yang
hanya memberi perhatian pada aspek-aspek strategis dalam arti bagaimana aktor-aktor
politik bertindak mencapai kepentingan mereka, teoretisi konstruktivis lebih
menekankan pada sumber-sumber munculnya kepentingan, yakni bagaimana
aktor-aktor politik mengembangkan kepentingan-kepentingan mereka. Dalam artian
ini, terkait dengan proposisi ontologis yang pertama, Alexander Wendt secara
jelas mengatakan bahwa, ‘Identities are the basis of interests’ ((1992).
Ketiga struktur dan agen saling menentukan satu sama lain. Konstruktivis
pada dasarnya adalah strukturasionis yakni menekankan peran struktur
non-material terhadap identitas dan kepentingan serta, pada saat yang
bersamaan, menekankan peran praktek dalam membentuk struktur-struktur tersebut.
Artinya, meskipun sangat menentukan identitas (dan oleh karenanya juga
kepentingan) aktor-aktor politik, struktur ideasional atau normatif tidak akan
muncul tanpa adanya tindakan-tindakan aktor-aktor politik.
Tokoh pemikiran konstruktif klasik berasal dari pemikir sosial
seperti Hegel, Kant, dan Grotius, yang kental dengan paham idealisme. Sedangkan
pasca Perang Dingin, mulai bermunculan para kontruktivis yang cenderung
berpikir tentang politik internasional, yakni Karl Deutch, Ernst Haas dan
Hedley Bull. Tokoh konstruktivisme lain yang tak kalah hebatnya adalah
Friedrich Kratochwill (1989), Nicholas Onuf (1989), dan Alexander Wendt (1992).
Buku konstruktivisme “Social Theory of International Politics 1999 oleh Alexander Wendt”.
Kritik Tentang Konstruktivisme Terhadap
Neoliberal dan Neorealis
Konstruktivisme lahir dari sebuah kritik secara terbuka terhadap
pendekatan Neorealisme dan Neoliberalisme. Manusia adalah mahluk individual
yang dikonstruksikan melalui realitas sosial. Konstruksi atas manusia akan
melahirkan paham intersubyektivitas. Hanya dalam proses interaksi sosial,
manusia akan saling memahaminya. Dalam melihat hubungan antar sesama individu,
nilai-nilai relasi tersebut bukanlah diberikan atau disodorkan oleh salah satu
pihak, melainkan kesepakatan untuk berinteraksi itu perlu diciptakan di atas
kesepakatan antar kedua belah pihak. Dalam proses ini, faktor identitas
individu sangat penting dalam menjelaskan kepentingannya. Interaksi sosial
antar individu akan menciptakan lingkungan atau realitas sosial yang
diinginkan. Dengan kata lain, sesungguhnya realitas sosial merupakan hasil
konstruksi atau bentukan dari proses interaksi tersebut. Hakekat manusia
menurut konsepsi konstruktivisme lebih bersifat bebas dan terhormat karena
dapat menolak atau menerima sistem internasional, membentuk kembali model
relasi yang saling menguntungkan, atau yang diinginkan berdasarkan peraturan,
strukturasi dan verstehen dalam
speech acts.
Asumsi Dasar Konstruktivis
Pandangan Mereka Tentang Negara
Menurut konstruktivisme, setiap tindakan negara didasarkan pada
meaning yang muncul dari interaksinya dengan lingkungan internasional.
Setiap bentuk tindakan negara misalnya melakukan perang atau
menjalin hubungan baik, ataupun memutuskan hubungan dan bahkan tidak melakukan
hubungan dengan negara lain, semuanya didasarkan oleh meanings yang muncul dari
interaksinya dengan negara-negara atau lingkungan internasionalnya. Tindakan
negara terhadap musuhnya tentulah berbeda dengan tindakan terhadap temannya.
Negara akan memberikan ancaman terhadap musuhnya dan tentu tidak terhadap
temannya.
Tindakan negara dalam pandangan konstruktivisme memberikan pengaruh terhadap bentuk sistem internasional, sebaliknya sistem tersebut juga memberikan pengaruh pada perilaku negara-negara. Dalam proses saling mempengaruhi itu terbentuklah apa yang disebut dengan collective meanings. Collective meanings itulah yang menjadi dasar terbentuknya intersubyektifitas dan kemudian membentuk struktur dan pada akhirnya mengatur tindakan negara-negara.
Tindakan negara dalam pandangan konstruktivisme memberikan pengaruh terhadap bentuk sistem internasional, sebaliknya sistem tersebut juga memberikan pengaruh pada perilaku negara-negara. Dalam proses saling mempengaruhi itu terbentuklah apa yang disebut dengan collective meanings. Collective meanings itulah yang menjadi dasar terbentuknya intersubyektifitas dan kemudian membentuk struktur dan pada akhirnya mengatur tindakan negara-negara.
Anarki Dalam Sistem Internasional
Pandangan konstruktivis terhadap realitas hubungan internasional
pada dasarnya muncul untuk membantah pandangangan neorealis. Neorealis selalu
memandang realitas hubungan internasional sebagai sesuatu yang anarkis. Kondisi
tersebut sifatnya given (ada dengan sendirinya) baik keberadaannya dan sifatnya
yang permissive. Konsep “permissive” merujuk pada kondisi yang memungkinkan
negara-negara untuk berperang. Dalam konteks ini perang terjadi karena tidak
ada yang mencegah negara-negara untuk berperang. Sifat alamiah manusialah atau
keadaan politik domestik negara predator yang menyebabkan terjadinya konflik.
Jadi jika negara A menyerang negara B, kemudian B melakukan
tindakan defense, maka itu disebabkan semata-mata hanya oleh faktor sifat
alamiah manusia atau politik domestik. Jadi sistem internasional yang anarkis
dan negara adalah sesuatu yang terpisah dan tidak saling mempengaruhi. Semua
perilaku negara terjadi di dalam sistem anarkis itu tanpa ada pengaruh apapun
dari perilaku negara-negara terhadap sistem tersebut. Neorealis tidak melihat
bahwa “practices” negara menentukan karakter anarchy.
Dalam pandangan neorealis anarchy adalah sistem yang sifatnya self-
help dan ditentukan oleh persaingan power politics, di mana keduanya adalah
pemberian oleh struktur sistem negara.
Konstruktivis tidak dalam posisi untuk menolak asumsi anarkis itu, namun memberikan argumen bahwa terjadi interaksi antar negara di dalam sistem anarkis tersebut. Dalam proses interaksi terjadi proses saling mempengaruhi antar negara sehingga memberikan “bentuk” terhadap struktur internasional. Dalam interaksi itu negara membawa subyektifitas masing-masing yang didasarkan pada meanings yang dimiliki. Proses interaksi menyebabkan terjadinya interaksi subyektifitas, dan kesepahaman tentang persepsi atau pengakuan identitas pihak lain— yang selanjutnya disebut others dan diri sendiri (negara) disebut self– memunculkan konsep intersubyektifitas. Intersubyektifitas menyangkut kesepakatan ataupun pengakuan terhadap meanings bersama atau collective meanings. Masing-masing pihak di dalam proses interaksi telah sepakat tentang “sesuatu” yaitu bisa berupa musuh, teman, ancaman, atau kerja sama.
Konstruktivis tidak dalam posisi untuk menolak asumsi anarkis itu, namun memberikan argumen bahwa terjadi interaksi antar negara di dalam sistem anarkis tersebut. Dalam proses interaksi terjadi proses saling mempengaruhi antar negara sehingga memberikan “bentuk” terhadap struktur internasional. Dalam interaksi itu negara membawa subyektifitas masing-masing yang didasarkan pada meanings yang dimiliki. Proses interaksi menyebabkan terjadinya interaksi subyektifitas, dan kesepahaman tentang persepsi atau pengakuan identitas pihak lain— yang selanjutnya disebut others dan diri sendiri (negara) disebut self– memunculkan konsep intersubyektifitas. Intersubyektifitas menyangkut kesepakatan ataupun pengakuan terhadap meanings bersama atau collective meanings. Masing-masing pihak di dalam proses interaksi telah sepakat tentang “sesuatu” yaitu bisa berupa musuh, teman, ancaman, atau kerja sama.
Peranan Ide Dalam Hubungan Internasional
Konstruktivis dibangun dari basis ide, norma, budaya, dan nilai.
Atas dasar itulah konstruktivis digolongkan ke dalam teori idealis. Formulasi
teoritik konstruktivis menyatakan bahwa lingkungan sosial menentukan bentuk
identitas aktor. Identitas kemudian menentukan kepentingan, dan kepentingan
akan menentukan bentuk tingkah laku, aksi ataupun kebijakan dari aktor. Pada
tahap berikutnya identitas juga akan mempengaruhi bentuk dari lingkungan
sosial.
Konstruktivis memberikan perhatian kajiannya pada
persoalan-persoalan bagaimana ide dan identitas dibentuk, bagaimana ide dan
identitas tersebut berkembang dan bagaimana ide dan identitas membentuk
pemahaman negara dan merespon kondisi di sekitarnya.
Pandangan Tentang Perang dan Damai
Perang, penggunaan kekuatan, sering dianggap sebagai perangkat
utama dalam hubungan internasional. Definisi perang yang diterima secara luas
adalah yang diberikan oleh Clausewitz, yaitu bahwa perang adalah “kelanjutan
politik dengan cara yang lain.” Terdapat peningkatan studi tentang “perang-perang
baru” yang melibatkan aktor-aktor selain negara. Studi tentang perang dalam
Hubungan Internasional tercakup dalam disiplin Studi Perang dan Studi
Strategis.
Konsep perdamaian dalam konstruktivisme adalah jika dua Negara dalam keadaan sudah tidak berperang lagi dan tidak adanya permusuhan diantara Negara-negara yang ada.
Konsep perdamaian dalam konstruktivisme adalah jika dua Negara dalam keadaan sudah tidak berperang lagi dan tidak adanya permusuhan diantara Negara-negara yang ada.
Pandangan Tentang Sistem Internasional
Tindakan negara dalam pandangan konstruktivisme memberikan pengaruh
terhadap bentuk sistem internasional, sebaliknya sistem tersebut juga memberikan
pengaruh pada perilaku negara-negara. Dalam proses saling mempengaruhi itu
terbentuklah apa yang disebut dengan collective meanings. Collective meanings
itulah yang menjadi dasar terbentuknya intersubyektifitas dan kemudian
membentuk struktur dan pada akhirnya mengatur tindakan negara-negara.
Terkait dengan asumsi neorealis yang menyatakan bahwa sistem internasional diwarnai oleh adanya distribution of power dan hal itu mempengaruhi negara-negara dalam melakukan kalkulasi, konstruktivis menegaskan bahwa bagaimana mungkin kalkulasi itu terjadi jika tidak ada “distribution of knowledge” di antara negara-negara di dalam sistem internasional tersebut. Distribusi knowledge tersebut akan menentukan atau membentuk konsepsi negara-negara tentang self dan other. Jika tidak ada distribusi knowledge yang menjadi dasar terbentuknya collective meanings bagaimana bisa suatu negara menganggap suatu negara lain adalah “teman” atau aliansinya sementara negara suatu negara lainnya adalah musuhnya. Jadi intersubjective understandings dan ekspektasilah yang menentukan konsepsi negara tentang self dan other.
Terkait dengan asumsi neorealis yang menyatakan bahwa sistem internasional diwarnai oleh adanya distribution of power dan hal itu mempengaruhi negara-negara dalam melakukan kalkulasi, konstruktivis menegaskan bahwa bagaimana mungkin kalkulasi itu terjadi jika tidak ada “distribution of knowledge” di antara negara-negara di dalam sistem internasional tersebut. Distribusi knowledge tersebut akan menentukan atau membentuk konsepsi negara-negara tentang self dan other. Jika tidak ada distribusi knowledge yang menjadi dasar terbentuknya collective meanings bagaimana bisa suatu negara menganggap suatu negara lain adalah “teman” atau aliansinya sementara negara suatu negara lainnya adalah musuhnya. Jadi intersubjective understandings dan ekspektasilah yang menentukan konsepsi negara tentang self dan other.
Pandangan Tentang Individu
Secara umum konstruktivis mempunyai asumsi dasar bahwa manusia
adalah mahluk individual yang dikonstruksikan melalui realitas sosial.
Konstruksi atas manusia akan melahirkan paham intersubyektivitas. Hanya dalam
proses interaksi sosial, manusia akan saling memahaminya. Dalam melihat
hubungan antar sesama individu, nilai-nilai relasi tersebut bukanlah diberikan
atau disodorkan oleh salah satu pihak, melainkan kesepakatan untuk berinteraksi
itu perlu diciptakan di atas kesepakatan antar kedua belah pihak.
Dalam proses ini, faktor identitas individu sangat penting dalam
menjelaskan kepentingannya. Interaksi sosial antar individu akan menciptakan
lingkungan atau realitas sosial yang diinginkan. Dengan kata lain, sesungguhnya
realitas sosial merupakan hasil konstruksi atau bentukan dari proses interaksi
tersebut. Hakekat manusia menurut konsepsi konstruktivisme lebih bersifat bebas
dan terhormat karena dapat menolak atau menerima sistem internasional,
membentuk kembali model relasi yang saling menguntungkan, atau yang diinginkan
berdasarkan peraturan, strukturasi dan verstehen dalam
speech acts.
Perbandingan Pandangan Konstruktivis Dengan
Neoliberal dan Neorealis
Perbedaan
|
Konstruktivisme
|
Neoliberalisme dan neorealisme
|
Metodologi
|
- Mempertanyakan
secara kritis dari mana datangnya identitas dan kepentingan tersebut
- Identitas dan
kepentingan bukan realitas melainkan bentukan struktur dan teori.
- Menekankan
pentingnya kekuatan Ide
- Menjadikan kekuatan
ide sangat berperan penting dalam kehidupan sosial dalam menentukan pilihan
di antara perimbangan keberagaman sosial.
- Institusi merupakan
struktur sosial yang berfungsi untuk “sharing gagasan”
|
- Mempertanyakan
pengaruh lingkungan terhadap derajat perilaku aktor
- Memperjuangkan
identitas dan kepentinganya jika ada peluang
- Kental dengan
pendekatan Rational Choice dalam perilaku ekonomi borjuasi
- Menekankan
pentingnya kekuatan materi
- Neorealist menyebut
kepentingan negara berawal dari struktur materi yang anarkis.
- Kekuatan ide
direduksi untuk mengintervensi variabel antara kekuatan materi dan
hasil
- Mengandalkan
kekuatan materi dan kepentingan sendiri
|
Ontologi
|
- Struktur dan
intersubyektivitas
- Tindakan
memproduksi dan mereproduksi konsepsi identitas dalam ruang sosial dan waktu
tertentu
- Negara
mentransformasikan kultur HI dalam konteks sistem keamanan kolektif (a
collective security system)
|
- Individual-centrism
- Tindakan
memproduksi dan mereproduksi konsepsi identitas individu semata.
- Negara
mentransformasikan kultur HI dalam konteks kekuatan yang berimbang (a balance
of power)
|
Empirisme
|
- Identitas dan
kepentingan negara dikonstruksikan oleh sistem struktur
- Kepentingan dan
identitas negara selalu dikonstruksikan dalam sistem HI
-
|
- Identitas dan
kepentingan negara dikonstruksikan oleh kekuatan domestik.
- Asumsi yang konstan
atas gagasan empirisme dan alasan yang independen dalam sistem internasional
-
|
SUMBER
Konstruktivisme. www://ajideni.blogdrive.com.
Kontruktivisme kritikan terhadap
kerasionalitasan aktor hubungan internasional.http://kopiitudashat.wordpress.com/2009/07/14/konstruktivisme-kritikan-terhadap-kerasionalitasan-aktor-hubungan-internasional/
Teori Hubungan Internasional.http://skyfly23ve.wordpress.com/category/teori-hubungan-internasional/.
*Disusun dan diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Metodelogi Hubungan Internasional