Laman

 photo tabfashion.png photo tabtumblr.png photo tabtutorial.png
 photo tabtutorial.png

PENGARUH GEJOLAK PERANG KOREA SELATAN DAN KOREA UTARA

1.1    Latar Belakang
Bangsa Korea atau orang Korea adalah salah satu suku bangsa besar yang mendiami wilayah Asia Timur. Sebagian besar orang Korea tinggal di Semenanjung Korea. Sejarah awal Korea berkisar di sekitar kerajaan kuno Choson yang muncul sekitar 2.300 tahun sebelum Masehi. Pada sekitar abad ke 2 sebelum Masehi, bangsa Cina mendirikan koloni di daerah kerajaan tersebut. Namun, lima abad kemudian, bangsa Korea mengusir mereka keluar. Sejak itu, muncul sebuah kerajaan, yaitu kerajaan Silla. Kerajaan Silla (668 – 935) membawa puncak ilmu pengetahuan dan budaya yang besar. Akibat adanya kerusuhan yang terjadi di dalam negeri pada abad ke 10, dinasti Silla jatuh dan digantikan oleh dinasti Koryo. Selama periode kepemimpinan dinasti Koryo (935 – 1392) Korea mengalami banyak serbuan. Tentara Mongol yang dipimpin oleh Genghis Khan menyerbu dan akhirnya menguasa Korea sehingga Korea menjadi bagian kekaisaran Mongol.
Setelah runtuhnya Mongol pada akhir abad ke 14, berbagai golongan bangsawan dan militer berusaha memegang kekuasaan di Korea . Akhirnya, seorang jenderal yang bernama Yi Sung-Gy menghilangkan pemerintahan yang korup dan mendirikan dinasti Yi (1392 – 1910). Kongfucuisme diperkenalkan sebagai agama resmi. Reformasi politik dan social dimulai. Ibu kota negara dipindahkan dari Kaesong ke Seoul . Namun , Korea masih tetap terancam oleh Cina dan Jepang. Kedua negara tersebut ingin menguasai Korea untuk memperluas wilayah mereka. Setelah serangan yang gagal dari kepang pada tahun 1592 – 1598, Korea jatuh di bawah kekuasaan Manchu dari utara. Beberapa abad berikutnya, Korea menutup diri dari pergaulan dunia menjadi negara pertapa. Pada tahun 1800-an, Rusia, Jepang, dan Cina bersaing untuk menguasai Korea . Setelah perang Rusia – Jepang pada tahun 1904 - 1905, Jepang bergerak ke semenanjung Korea dan mendudukinya pada tahun 1910. Pada tahun 1919, penduduk Korea mengadakan demonstrasi secara damai karena menginginkan kemerdekaan. Akan tetapi, polisi Jepang membubarkannya, malah ada yang dibunuh dalam aksi tersebut.
Korea pernah menjadi sebagian wilayah Kekaisaran Jepang mulai tahun 1910 hingga tahun 1945. Keterlibatan Jepang bermula dengan Perjanjian Ganghwa tahun 1876 ketika Dinasti Joseon Korea dan meningkatnya serentetan pembunuhan Ratu Myeongseong di tangan agen-agen Jepang pada tahun 1895, lalu berpuncak dengan Perjanjian Eulsa tahun 1905 dan Perjanjian Aneksasi tahun 1910, yang kedua-duanya akhirnya dinyatakan "batal dan tidak sah" oleh kedua belah pihak (Jepang dan Korea Selatan) pada tahun 1965. Sepanjang tempo ini, meskipun Jepang membangun jaringan jalan raya dan komunikasi modern, kehidupan rakyat biasa Korea amat keras. Penjajahan Jepang terhadap Korea berakhir dengan penyerahan Jepang kepada Blok Sekutu pada tahun 1945 pada akhir Perang Dunia II. Semenanjung Korea kemudian dibagi atas Korea Utara dan Selatan. Zaman pendudukan ini meninggalkan pertentangan yang terus-menerus antara Jepang dan kedua pihak Korea.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, terdapat beberapa pertanyaan yang dapat menjadi Rumusan Masalah yaitu sebagai berikut:
1)      Bagaimana terpecahnya Korea?
2)      Apakah faktor pengaruh konflik Korea?
3)      Bagaimana dampaknya?

BAB II
POKOK MASALAH
2.1 Pemecahan Korea
Setelah Penjajahan Jepang di Korea yang berakhir karena kekalahan Jepang pada Perang Dunia II tahun 1945, Korea dibagi menjadi dua wilayah berdasarkan garis 38 derajat lintang utara sesuai dengan perjanjian yang diadakan oleh PBB. Uni Soviet di bagian utara dan Amerika Serikat di bagian selatan. Uni Soviet dan Amerika Serikat tidak berhasil mencapai kesepakatan mengenai implementasi penyatuan Korea. Hal ini mengakibatkan pembentukan pemerintahan yang terpisah dengan masing-masing pemerintah mengklaim memiliki wilayah resmi atas seluruh Korea.
Pembagian Korea menjadi Korea Utara dan Korea Selatan bermula sejak kemenangan Blok Sekutu di dalam Perang Dunia II, mengakhiri 35 tahun Penjajahan Jepang atas Korea. Di dalam sebuah proposal yang ditolak oleh hampir seluruh bangsa Korea, Amerika Serikat dan Uni Soviet setuju untuk sementara menduduki negara Korea sebagai wilayah perwalian dengan zona pengawasan yang didemarkasi pada sepanjang 38 derajat lintang utara. Tujuan perwalian ini adalah untuk mendirikan pemerintah sementara Korea yang akan menjadi bebas dan merdeka pada waktunya. Meskipun pemilihan umum dijadwalkan, dua adidaya mendukung dari belakang para pemimpin yang berseberangan dan dua negara itu secara efektif telah didirikan, masing-masing mengakui kedaulatan atas seluruh Semenanjung Korea.
2.2 Awal Perang Korea
Pada Agustus 1945, Tentara Soviet membentuk Otoritas Sipil Soviet untuk memerintah negara ini hingga sebuah rezim domestik, yang bersahabat dengan Uni Soviet, dapat dibentuk. Setelah mundurnya tentara Soviet pada 1948, agenda utama pada tahun berikutnya adalah penyatuan Korea dari kedua belah pihak, namun konsolidasi rezim Syngman Rhee di Selatan dengan dukungan militer Amerika dan penekanan pemberontakan pada Oktober 1948 mengakhiri harapan bahwa negara ini dapat disatukan kembali menurut cara revolusi Komunis. Pada 1949, rezim Utara mempertimbangkan untuk melakukan intervensi militer ke Korea Selatan, tetapi gagal mendapat dukungan dari Uni Soviet.
Penarikan kekuatan militer Amerika Serikat dari Selatan pada Juni memperlemah Rezim Selatan dan membuat Kim Il-sung mempertimbangkan kembali rencana invasi ke Selatan. Gagasan itu sendiri awalnya ditolak oleh Joseph Stalin, tetapi dengan perkembangan persenjataan nuklir Soviet, kemenangan Mao Zedong di Cina, dan pertanda dari bangsa Cina bahwa mereka dapat mengirimkan serdadu dan sokongan lainnya ke Korea Utara, Stalin menyetujui penyerangan yang menjadi cikal bakal Perang Korea.
2.3 Perang Korea
Perang Korea adalah perang antara Korea Utara dan Korea Selatan yang dimulai pada 25 Juni 1950. Perang ini sempat berhenti sementara dengan gencatan senjata yang ditandatangani pada 27 Juli 1953. Konflik diakibatkan oleh pembagian Korea dan upaya kedua Korea untuk menyatukan kembali Korea dibawah pemerintahan mereka masing-masing. Perang ini menewaskan lebih dari 2 juta penduduk dan prajurit dari kedua belah pihak. Periode sebelum perang ditandai dengan konflik perbatasan pada paralel utara ke-38 dan upaya negosiasi pemilihan umum bagi keutuhan Korea. Negosiasi berakhir ketika Tentara Rakyat Korea menyerbu Korea Selatan pada 25 Juni 1950. Di bawah restu PBB, Amerika Serikat dan sekutunya mendukung Korea Selatan. Setelah serangan balasan Korea Selatan, tentara Cina mendukung Korea Utara, dan pada akhirnya mengarah kepada gencatan senjata yang hampir memulihkan kembali perbatasan awal antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Sejak gencatan senjata tahun 1953, hubungan antara pemerintah Korea Utara dengan Korea Selatan, Uni Eropa, Kanada, Amerika Serikat, dan Jepang tetap tegang. Pertempuran dihentikan dengan gencatan senjata, tetapi kedua Korea secara teknis masih berada dalam keadaan perang. Baik Korea Utara maupun Selatan menandatangani Deklarasi Gabungan Utara-Selatan 15 Juni pada tahun 2000, ketika kedua pihak berjanji untuk mengupayakan penyatuan kembali dengan cara damai. Selain itu pada 4 Oktober 2007, para pemimpin dari Utara dan Selatan bergandengan tangan untuk mengadakan rapat puncak yang membicarakan pernyataan penghentian perang secara resmi dan mengukuhkan kembali prinsip non-agresi.

Abad ke-20

Korea Utara dan Selatan tidak pernah menandatangani perjanjian perdamaian dan dengan demikian secara resmi masih dalam status perang; hanya sebuah gencatan senjata yang diumumkan. Upaya perdamaian disela oleh beberapa pertempuran kecil dan upaya pembunuhan.  Korea Utara gagal di dalam beberapa upaya pembunuhan terhadap pemimpin Korea Selatan, dengan yang paling dikenal pada 1968, 1974, dan Pengeboman Rangoon pada 1983. Terowongan seringkali ditemukan di bawah Zona Demiliterisasi, dan perang hampir meletus akibat Insiden Pembunuhan Kapak di Panmunjeom pada 1976. Pada 1973, hubungan tingkat tinggi yang sangat rahasia mulai dilakukan melalui kantor-kantor Palang Merah, tetapi berakhir setelah insiden Panmunjeom dengan sedikit kemajuan.
Pada akhir tahun 1990-an, ketika Korsel mengalami transisi menjadi demokratis, keberhasilan Nordpolitik dan dengan diambil alihnya kekuasaan di utara oleh putra Kim Il-sung, Kim Jong-il, maka kedua negara untuk pertama kalinya mulai berhubungan secara terbuka, dengan Korsel yang menyatakan Kebijakan Sinar Matahari.

Abad ke-21

Pada 2002, Presiden Amerika Serikat George W. Bush menjuluki Korea Utara sebagai bagian dari "poros setan" dan "pos terdepan tirani". Hubungan tingkat tinggi yang pernah dilakukan pemerintah Korea Utara dengan Amerika Serikat adalah kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Madeleine Albright ke Pyongyang pada tahun 2000, meskipun kedua negara tidak menjalin hubungan diplomatik yang resmi. Pada tahun 2006, hampir 37.000 serdadu Amerika masih berada di Korea Selatan, meski sejak Juni 2009 jumlah ini berkurang menjadi sekitar 30.000 saja. Kim Jong-il secara pribadi menerima kehadiran tentara Amerika Serikat di Semenanjung Korea. Bagaimanapun, secara umum, Korea Utara sangat menuntut penarikan serdadu Amerika dari Korea.
Pada 13 Juni 2009, kantor berita Amerika Serikat, Associated Press, melaporkan bahwa sebagai tanggapan bagi sanksi-sanksi baru dari PBB, Korea Utara menyatakan bahwa pihaknya akan melanjutkan program pengayaan uranium. Hal ini menandai bahwa untuk pertama kalinya, pemerintah Korea Utara mengakui di depan dunia bahwa pihaknya memang melakukan program pengayaan uranium. Pada 5 Agustus 2009, mantan presiden Amerika Serikat, Bill Clinton bertemu dengan Kim Jong-il untuk menjamin pembebasan dua orang wartawan Amerika Serikat, Laura Ling dan Euna Lee, yang ditangkap karena memasuki Korea Utara secara ilegal. Pada 28 Agustus 2010 mantan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter, berhasil membawa pulang seorang guru dan aktivis Amerika Serikat, Aijalon Mahli Gomes, yang ditangkap karena memasuki Korea Utara secara ilegal.

2.4 Penyatuan Korea

Kebijakan Korea Utara adalah mencari penyatuan kembali (reunifikasi) tanpa adanya campur tangan pihak asing (luar Korea), melalui suatu struktur federal mempertahankan kepemimpinan dan sistem masing-masing. Korea Utara dan Korea Selatan menandatangani Pernyataan Bersama Utara-Selatan 15 Juni di mana kedua-dua pihak berjanji untuk mencari cara supaya dapat menyatu kembali secara damai. Republik Federal Demokratik Korea adalah negara yang diajukan yang pertama disebutkan oleh Presiden Kim Il Sung pada 10 Oktober 1980 di dalam proposal federasi antara Korea Utara dan Korea Selatan di mana sistem politik masing-masing pada mulanya akan dipertahankan.
BAB III TEORI

3.1 Teori Realis

Teori realis (school of thought) merupakan suatu mazhab yang dicetuskan oleh seorang ilmuan politik Hubungan Internasional pada tahun 1930 – 1950 an. Gagasan utama Hans J. Morgenthau yang merupakan seorang penganut realis berkenaan dengan konsepnya tentang Power sebagai dominan dalam politik Internasional. Dalam hal realis Hans J. Morgenthau memaparkan konsep yaitu fokus: 1.Politik Power 2. Keamanan 3. Agresi 4. Konflik 5. Perang Dalam hal ini tentunya kami mengangkat fokut terhadap teori Konflik dan Perang.

3.2 Teori Konflik

Selama antara tahun 1930-an sampai dengan 1950-an, para ilmuan politik dan hubungan internasional cenderung membangun suatu diskripsi untuk rnenggambarkan politik internasional (world politics) ke dalam kondisi dimana masing-masing bagian saling kait-rnengkait satu sama lain di atas tataran yang disebut dengan "negara-negara bangsa" (nation-states) yang berdasarkan kepada suasana konflik. Beberapa diantara mereka (pengamat) aliran pemikiran realist seperti misalnya Hans J.Morgenthau, mengatakan bahwa konflik internasional, lebih menunjukkan kepada sifatnya (karakter) dasar manusia umumnya (human nature) sebagai suatu fakta sosial.
Mengungkit kembali suasana awal mula perang korea yang masih dalam konteks hubungan konflik antara luar korea maupun korea itupun sendiri. Konflik ini terbentuk ketika Jepang kalah menyebabkan lahirnya dua negara Korea yang masing-masing berada di bawah pengaruh Uni Soviet (Korea Utara) dan Amerika Serikat (Korea Selatan) sebagai pemenang
Perang Dunia 2. Konflik sangat kuat ketika kedua negara di Semenanjung Korea itu memang berbeda ideologi. Korea Utara lebih dikenal sebagai sebuah negara yang berideologi komunis yang mendasarkan kegiatan perekonomian mereka pada sistem sosialis. Sementara itu, Korea Selatan menganut ideologi Kapitalis Liberal yang mendasarkan kegiatan perekonomian negaranya pada sistem kapitalis. Kedua negara memperjuangkan ideologinya masing-masing. Disinilah konflik berubah menjadi Perang.
2.3 Teori Perang
Karya Hans J. Morgenthau mendominasi kegiatan teorisasi realis setelah perang dunia 2, ia menekankan bahwa power atau kekuasaan adalah variabel yang paling mampu menjelaskan prilaku internasional. Ia mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan seseorang untuk mengendalikan pikiran dan tindakan orang lain dimana ia menjelaskan bahwa tujuan negara dalam politik internasional adalah mencapai kepentingan nasional yang berbeda dengan kepentingan sub-nasional dan supra-nasional.[1]
Bedasarkan paparan teori perang diatas, dapat dikutip bahwa tujuan perang untuk menguasai, hal ini terlihat dalam definisi kekuasaan sebagai kemampuan seseorang untuk mengendalikan pikiran dan tindakan orang lain. Dapat dikaitkan dalam peperangan Korea ini terlihat bahwa peperangan ini melibatkan Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia). Sebagai negara yang ingin menjadi penguasa. Sedangkan Korea Selatan dan Korea Utara merupakan wilayah yang digunakan atau yang dikuasai oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia) sebagai wilayah persaingan ideologi dan kepentingan masing-masing dalam politik global.
BAB IV ANALISA

4.1  Kronologi konflik Korea Utara dan Korea Selatan
Perang antar dua Korea pernah terjadi dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953, adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut "perang yang dimandatkan" (bahasa Inggris proxy war) antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea Selatan termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun banyak negara lain mengirimkan tentara di bawah bendera PBB.
Sekutu Korea Utara, seperti Republik Rakyat Tiongkok, menyediakan kekuatan militer, sementara Uni Soviet yang menyediakan penasihat perang dan pilot pesawat, dan juga persenjataan, untuk pasukan Tiongkok dan Korea Utara. Di Amerika Serikat konflik ini diistilahkan sebagai aksi polisional di bawah bendera PBB daripada sebuah perang, dikarenakan untuk menghilangkan keperluan kongres mengumumkan perang.
Pada tanggal 25 Juni 1950, artiteri telah diluncurkan. Tank-tank dan pasukan Korea Utara mulai menyerang Korea Selatan, sebuah kawasan di selatannya besebrangan haluan secara politik yang hanya dipisahkan garis imajiner 38 derajat. Pada 4 Januari 1951, tentara Korea Utara yang dibantu Cina berhasil menguasai Seoul. Dan pada 27 Juli 1953, Amerika Serikat, RRC, dan Korea Utara menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan saat itu, Seungman Rhee menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut. Secara resmi, perang ini belum berakhir sampai dengan saat ini. (60 tahun kemudian) tepat pada 26 Maret 2010, kapal perang Korea Selatan Cheonan tenggelam. Korea Selatan menaruh curiga pada Korea Utara. Pada saat itu hubungan kedua negara memanas. Dan pada 26 Maret 2010, Korut melakukan serangan artileri ke pulau Yeonpyeong yang menjadi markas militer Korea Selatan. Perang tahun 1950-1953 berakhir dengan tanpa kemenangan, kecuali angka korban jiwa yang signifikan di kedua belah pihak.       
4.2 Latar Belakang dan Situasi Konflik
Ada berbagai alasan mengenai penyebab dari sering munculnya konflik di Semenanjung Korea. Beberapa penyebabnya antara lain dapat dikategorikan sebagai berikut :
Secara Geografis
·         Bagian utara Korea berbatasan dengan wilayah Cina (Manchuria sebagai wilayah industri berat).
·         Bagian timur laut Korea berbatasan dengan sebagian wilayah Uni Soviet dan ada pelabuhan yang sangat penting bagi Uni Soviet serta adanya pangkalan armada laut Uni Soviet di Asia Pasifik pada era abad 19.
·         Bagian tenggara Korea merupakan wilayah perairan Jepang yang notabenenya sejak era post-Perang Dunia 2 merupakan sekutu terdekat Amerika Serikat di kawasan ini.
Pada awalnya, wilayah Korea merupakan bagian dari wilayah imperialisme Jepang pada era Perang Dunia 2, namun dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu pada Agustus 1945, maka wilayah Korea diambil alih oleh pihak Uni Soviet setelah Jepang kalah berperang dengan Uni Soviet pada tanggal 8 Aguatus 1945.  Berdasarkan pada kebijakan containment AS, maka pihak Washington dan Moscow mengadakan suatu perundingan untuk membagi kekuasaan Korea secara garis 38 derajat lintang utara sehingga ada pembatasan wilayah demi alasan politik yang membentuk Korea bagian utara di bawah pengaruh Uni Soviet dan Korea bagian selatan berada di bawah pengaruh Amerika Serikat.
Pada tahun 1948, masing-masing pihak (USSR dan AS) mendirikan pemerintahan di masing-masing wilayah Utara dan Selatan. Korea Utara (Republik Rakyat Demokratik Korea) dengan ideologi komunis berada di bawah kepemimpinan Kim Il Sung, seorang mantan prajurit tentara merah Uni Soviet. Dan Korea Selatan (Republik Korea) dengan ideologi liberal berada di bawah kepemimpinan Syngman Rhee, seorang terpelajar yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk studi di AS dan sangat anti-komunis.
Pada tahun 1949 semu Pada bulan Juni 1950, pecahlah perang antara Korea Utara dan Korea Selatan dengan alasan perbedaan ideologi dan isu perbatasan menjadi isu yang sangat sensitif antara kedua wilayah ini karena pembatas wilayah bukan dianggap sebagai perbatasan antar negara.a pasukan AS dan USSR ditarik dari kedua wilayah ini.
Pada bulan Juni 1950, pecahlah perang antara Korea Utara dan Korea Selatan dengan alasan perbedaan ideologi dan isu perbatasan menjadi isu yang sangat sensitif antara kedua wilayah ini karena pembatas wilayah bukan dianggap sebagai perbatasan antar negara.
Situasi di Dewan Keamanan PBB sedang terjadi boikot pihak USSR karena mendukung Cina untuk mengantikan Taiwan yang saat itu menjadi perwakilan, melihat situasi ini, AS memanfaatkannya dengan mencari dukungan dari PBB. Dan dengan dukungan inilah maka pasukan perdamaian PBB dan pasukan AS mendarat di Korea Selatan untuk memukul mundur pasukan Korea Utara dan USSR yang saat itu terlebih dulu menyerang Korea Selatan. Melihat semakin dekatnya pasukan AS dari perbatasan Korea Utara dengan Cina, maka pihak pemerintah Cina merasa terancam dan mengirim sejumlah relawan non-People Liberation Army untuk ikut berperang disana.
Pada tahun 1953 perang berakhir dan pihak AS mengadakan perjanjian Mutual Security Treaty dengan Korea Selatan sehingga keberadaan pasukan AS dipertahankan guna mencegah terjadinya serangan dari pihak Utara. Lain halnya dengan China-USSR, mereka tidak menempatkan pasukannya di Korea Utara tetapi pengaruh ideologi Marxist-Leninist semakin kuat. Akhirnya pada tahun 1961 pihak USSR-China mengadakan perjanjian pertahanan dengan Korea Utara.

KESIMPULAN
Awal perang korea mulai sejak 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953. kekalahan Jepang menyebabkan lahirnya dua negara Korea yang masing-masing berada di bawah pengaruh Uni Soviet (Korea Utara) dan Amerika Serikat (Korea Selatan) sebagai pemenang Perang Dunia 2. Kedua negara di Semenanjung Korea itu memang berbeda ideologi. Korea Utara lebih dikenal sebagai sebuah negara yang berideologi komunis yang mendasarkan kegiatan perekonomian mereka pada sistem sosialis. Sementara itu, Korea Selatan menganut ideologi Kapitalis Liberal yang mendasarkan kegiatan perekonomian negaranya pada sistem kapitalis. Kedua negara memperjuangkan ideologinya masing-masing. Korea Utara berada di bawah kekuasaan Uni soviet. Namun karena pada masa pemerintahan Krushchev, bernegosiasi dengan negara-negara barat dan menolak menolong program angkasa RRC, maka timbul Perpecahan Tiongkok-Soviet, sehingga Korea Utara kemudian lebih memilih mengikuti RRC yang saat itu dikenal dengan Tiongkok. Hal ini menyebabkan Korea Utara pun berpindah kekuasaan dari Uni Soviet ke tangan RRC. Sehingga peperangan ini melibatkan Amerika Serikat dan Republik Rakyat RRC (RRC). Korea Selatan dan Korea Utara merupakan wilayah yang digunakan oleh Amerika Serikat dan RRC sebagai wilayah persaingan ideologi dan kepentingan masing-masing dalam politik global.
Walaupun perang antara Korea Utara dan Korea Selatan telah berakhir pada tahun 1953, namun konflik-konflik skala kecil masih sering terjadi sampai saat ini, terlebih konflik kepentingan politik dengan pergantian kepemimpinan pihak Korea Selatan. Kedua belah pihak sering mengadakan percobaan perundingan damai, namun pada akhirnya selalu gagal dan tidak membuahkan hasil yang signifikan.
Gagalnya perundingan damai ini terlebih dikarenakan dengan adanya pembangunan kapasitas nuklir di Korea Utara yang secara langsung menyebabkan gangguan stabiitas keamanan kawasan tersebut. Pihak Korea Utara telah terbukti beberapa kali melakukan percobaan peluncuncuran senjata nuklirnya yaitu diantaranya adalah pada bulan Oktober 2006 dan Mei 2009. Menghadapi kepemilikan dan ancaman senjata nuklir Korea Utara ini, telah diadakan perundingan 6 negara yang diinisiasi oleh IAEA yang dikenal dengan nama Six Parties Talk antara Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, Cina, Rusia dan Amerika Serikat.
 Namun perundingan ini sampai saat ini masih sulit dalam menemukan upaya untuk menekan niat dari Korea Utara untuk menghilangkan kepemilikan senjata nuklirnya. Senjata nuklir ini sering kali digunakan sebagai bargaining instrument Korea Utara dalam upayanya mendapat bantuan luar negri.
Dampak Konflik
Secara signifikan, dampak adanya Perang Korea ini dapat dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu :
1.      Dampak Ekonomi kedua belah pihak (Korea Utara dan Selatan)
Perang antar kedua pihak ini mengakibatkan hancurnya infrastruktur dan ekonomi negara.
Pada tahun 1970 ekonomi kedua belah pihak sempat seimbang, namun orientasi ekonomi Korea Utara lebih memprioritaskan pada kepentingan militer dibanding dengan kebutuhan rakyatnya sendiri. Korea Utara seringkali mengalami kekurangan makanan dan menyebabkan tingginya tingkat kematian penduduk akibat kelaparan. Korea Utara seringkali meminta bantuan dari luar negeri, tak terkecuali dari pihak Korea Selatan. Berbeda halnya dengan Korea Selatan, mereka lebih menekankan pertumbuhan ekonomi dengan liberalisasi pasar dan perdagangan, sehingga perindustrian dan kemajuan ekonomi Korea Selatan maju dengan pesat dan menjadi salah satu Macan Asia.
2.      Dampak Politik
Korea Selatan mengadopsi sistem politik yang demokratis, berbeda dengan sistem politik di Korea Utara yang komunis-sentralistik. Dengan sistem demokrasi, maka pihak militer meninggalkan perannya dari arena politik, sedangkan pihak Korea Utara lebih menekankan nilai hierarki struktur keluarga sebagai pemimpin berikutnya.
3.      Dampak Militer dan Keamanan
Korea Utara lebih menekankan ekonomi dalam upayanya meningkatkan kapasitas militer dan nuklirnya. Dengan adanya sikap dan pengaruh dari kepemilikan senjata nuklir ini, maka secara tidak langsung menyebabkan instabilitas kawasan Asia Pasifik, terlebih dengan beberapa percobaan peluncuran nuklir Korea Utara yang menurut data intelijen mampu menjangkau sebagian wilayah Amerika Serikat.

DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Akhmad. 2010. Perang-perang paling berpengaruh di dunia. Yogyakarta: Bangkit Publisher.
Hendarsah, Amir. 2007. 11 Macan Asia musuh Amerika. Yogyakarta: Galangpress.



[1] Hans J. Morgenthau, Politics Among Nations (A. Knopf, 1978), hal. 29


*Digunakan dan diajukan sebagai Salah Satu Tugas Pengantar Hubungan Internasional semester 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...