Laman

 photo tabfashion.png photo tabtumblr.png photo tabtutorial.png
 photo tabtutorial.png

Elang Gagahku Telah Pergi

Bulan Ramadhan tahun itu berbeda dengan tahun sebelumnya.  Bulan itu keluargaku disibukkan untuk menjaga ayah yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Ibu dan kakak-kakakku bergantian menjaga dan merawat ayah. Usiaku saat itu memang masih terbilang 7 tahun. Yah memang masih kecil, bahkan setiap menjenguk ayah aku masih sibuk main-main mengelilingi rumah sakit. Akupun belum begitu mengerti apa yang ayah alami, yang aku tahu ayah hanya sakit biasa.

Sudah berbulan-bulan ayah menginap di rumah sakit. Tetapi tak ada tanda sedikitpun ia akan pulih. Seketika ku menoleh ke arah ayah. Tidak ada senyuman yang menyambut. Ayah hanya tertidur kaku tak sedikitpun bergerak. Ayah terlihat lemah, sampai kulitnya memucat dan menggelambir diatas wajahnya. Hari ini sudah H - 3 artinya tiga hari lagi menyambut hari Raya Idul Fitri. Tetapi ada yang berbeda dihari ini. Dini hari menjelang sahur, telepon rumah berdering. Mang Jip, pamanku disebrang sana menelepon dari rumah sakit. Setelah terjadi percakapan, ibu menutup telepon dengan raut wajah yang bingung. Kali ini tak ada jawaban yang ibu keluarkan. Ibu langsung bergegas memberi tau kakak-kakakku. Aku ikut bersama ibu dan beberapa kakakku. Mobil yang kami tumpangi menuju rumah sakit tempat ayah dirawat. Saat memasuki kamar dimana ayah dirawat, tak ada yang berbeda wajah ayah yang begitu sayu namun badannya tetap kekar. Saat itu ayah minta dipulang atau dipindah kan dari rumah sakit Tangerang, karena di RS itu perawatannya kurang baik. Karena menjelang Lebaran, banyak dokter yang tidak ditempat dan hanya ditangani oleh perawat saja. 


Saat itu, ayah bersikukuh untuk pulang padahal dokter tidak meyarankannya. Akhirnya Ibu membawa ayah pulang dengan alasan ingin memindahkan Rumah sakitnya. Aku senang kukira ayah sudah pulih, akhirnya di bulan Ramadhan itu kami bisa berkumpul lagi pikirku. Senang, dan sangat senang sekali. Akhirnya aku bisa merayakan malam takbiran jalan-jalan dengan ayah. Kulihat wajah ayah tersenyum selama perjalanan memandangiku penuh arti. Setelah subuh ayah sudah sampai dirumah.
Sekitar jam 7an Ibu memindahkan ayah ke salah satu RS di Jakarta. Seperti diRS sebelumnya, ayah tetap tidak ingin dirawat. Padahal dokter sudah memasangkan selang pernapasan aau oksigen di hidungnya. Namun dengan sikap keras kepalanya ayah, akhirnya ayah nekat berdiri turun dari ranjang dan ingin jalan keluar kamar. Belum tegak berdiri dan belum sempat melangkah, tiba-tiba tubuhnya rapuh dan jatuh terbaring diatas lantai. Entah apa yang terjadi, kondisi ayah kritis dan setengah jam kemudian dokter memutuskan bahwa AYAH TELAH TIADA.
Sekitar jam 11an kakak dapat kabar dari RS aku tidak tahu pastinya, karna saat itu aku sedang tidur siang sama seperti anak-anak kecil lainnya. Yang aku tau, saat aku terbangun karena suara gemuruh yang bersumber di ruang tamu. Kaki ku melangkah perlahan menyusuri tembok menuju ruang tamu dengan ketakutan. Ada apakah gerangan?  kenapa bising sekali? ada suara tangsan, ada suara teriakan, dan ada suara orang banyak. Aku Takut. Kuberdiri dibelakang tirai dengan mengintip perlahan. Yang kulihat banyak orang yang sedang merapihkan kursi-kursi dan mengganinya dengan karpet. sedangkan kakak-kakak mengamuk diatas lantai dengan menangis tersedu-sedu. Kenapa banyak orang disini? kenapa kakak2 pada ngamuk? ada apa ini? apa yang terjadi? Salah satu pamanku menanyaiku dan mendekatiku mencoba merangkul dan menggendongku. Perlahan dia menjelaskan bahwa ayah sudah tiada. Aku masih tidak mengerti, ayah pergi kemana emang? 
Beberapa jam kemudian suara ambulance terdengar mendekati rumahku. Terlihat ibuku dan kakak-kakaku yang mengantar ayah tadi. Ibu langsung menggendong dan memelukku dengan menangis tersedu-sedu. Aku yang tak mengerti apa yang terjadi, dengan polosnya tak ada airmatapun yang keluar. Setelah ku pandang apa yang digotong orang-orang dari ambulance, air mataku mulai turun. siapa itu? bukankah itu ayah? 
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ayah adalah sosok yang sempurna untukku. Seperti burung elang yang terbang tinggi di udara. Gagah, tegas, dan penyayang. Badannya yang kekar sebagai tempatku bergelayut manja. Dadanya yang bidang sebagai tempat tangisku dalam pelukkannya. Kata ibu ayah sudah berusia 50 tahunan, tapi bagiku dia masih cukup muda yang belum genap 30 tahun. Ayah sangat adil dan bijaksana bagi keluarganya. Saat aku ribut dengan kakak sebelum aku, bukannya aku yang dibela, tapi ayah memilih untuk memarahi keduanya. Kata kakak banyak pelajaran yang diajarkan oleh ayah. Tapi sayangnya aku tidak merasakan sepenuhnya. Dan sekarang Elang Gagahku Telah Pergi.... untuk selamanya....
Saat ini usiaku sudah 23 tahun ku sudah besar dan aku sudah dewasa sekarang ayah. 14 tahun sudah ayah meninggalkanku. Tidak ada yang dapat aku perbuat untuk mebahagiakanmu, mungkin hanya doa yang dapat aku berikan. Semoga engkau selalu disisi ALLAH SWT. Aku tau, Allah memanggilmu dulu karna Allah sayang padamu. Aku rindu Ayah....
Salam Rindu dariku. Aku sayang Ayah....






Aku sedikit kecewa dengan keadaan ayah saat itu. Sebelum ayah terbaring lemah, ayah belum sempat membelikan baju dan sepatu baru untukku. Yah memang sudang keinginan anak-anak seusiaku untuk menyambut hari Raya. Janji ayah jika sempurna puasaku, ayah akan membelikan sepeda baru untukku. Tapi kenapa ayah pergi duluan? Benarkah ayah takkan kembali lagi? Kata anak usia 7 tahun.






Jakarta, 11 Febuari 2016

Rejeki itu ada dimana saja

Salah satu berita yang di terbitkan kompas sangat menggugah hati saya. Berikut pemaparannya:



BAUBAU, KOMPAS.com - Tumpukan sampah karton dus kemasan terlihat menumpuk di salah satu sudut ruangan di dalam sebuah gudang yang berdinding papan kayu. 
Di depan gudang terlihat banyak tumpukan sampah plastik dari minuman yang terbungkus dalam karung besar.
Seorang lelaki berkulit agak hitam, dengan cekatan membersihkan satu per satu gelas plastik dengan pisau dan kemudian memasukan dalam karung plastik.
Arman (30), warga Kelurahan Lamangga, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau, ini sudah hampir setahun melakukan usaha pengolahan sampah. 
“Mungkin sebagian orang tidak mau bekerja mengolah sampah seperti saya ini. Tapi dari sampah ini, saya bisa mencukupi anak dan istri saya serta enam karyawan saya,” kata Arman, Selasa (22/12/2015). 
Dari hasil mengumpulkan sampah, Arman mengaku bisa memperoleh keuntungan sekitar Rp 15 juta tiap bulannya. 
Awal mulanya, lelaki yang hanya mengenyam pendidikan sampai di bangku SMP ini mengaku bekerja mengumpulkan sampah kepada orang lain. Ia terus belajar hingga dipercaya untuk menjadi asir di pengolahan sampah tersebut. 
Setelah 10 tahun bekerja dengan orang lain, Arman kemudian mencoba melakukan usaha sendiri setelah mempunyai modal sendiri.
“Setelah modal saya terkumpul, saya coba lakukan sendiri. Mulanya karyawan saya hanya dua orang, tapi sekarang sudah ada enam orang. Mereka ada yang sekolah ada juga yang tidak sekolah," kata dia.
"Mereka ada yang mencari sampah ada juga yang menjaga di sini,” tutur dia lagi.
Sampah yang dikumpulkan yakni sampah plastik, kartus dus kemasan, besi tua dan kertas. Sampah tersebut dipilah-pilah dan dikumpulkan satu macam jenisnya dan kemudian ia jual ke produsen pengolahan sampah.Untuk lebih lengkapnya bisa buka disini ya: http://regional.kompas.com/read/2015/12/22/14323501/Dari.Sampah.Amran.Raup.Untung.Rp.15.Juta.Sebulan

Ternyata rejeki itu bisa datng dari mana saja. Tanpa kita sadari seluruh apa yang ada di bumi merupakan limpahanNya. Bagaimana tidak, dari sampah pun dia bisa dapat rejeki. Hanya dari sampah! Yang kadang orang mengabaikannya karna merasa jijik. Tapi klo itu halal why not? Apa lagi setelah dikalkulasi keuntungan per blnnya 15jta bahakn dia sdh bisa memperkerjakan orng lain. Brati bisa bermantaaf untuk orng lain juga. Itu kan luar biasa menurut saya bahkan lebih besar dri orang2 kerja lho! 

Itulah mengapa, kadang kita suka meremehkan hal2 kecil. Padahal dari hal kecil itu kalau terus ditimbun toh akhirnya jadi besar juga kan? Ini pelajaran berharga untuk saya. So mulai sekarang jgn pernah meremehkan hal kecil ya, and Tetep semangattt... ;)

LEBIH BAIK KERJA CERDAS ATAU KERJA KERAS?

Kata2 ini terlintas dibenak saya ketika saya dengar dari mulut teman saya. "Makanya jangan kerja keras! Kerja cerdas dong!!!" Apa bedanya dari kedua kata itu? Sesuai katanya banyak yang bilang jika kerja kera itu capek butuh usaha besar untuk melakukannya banyak pengorbanan yang harus diterjang, namun jika kerja cerdas hanya berputar otak memikirkan bagaimana keuntungannya tidak perlu susah payah berusaha tidak perlu capek2 kerja ga perlu susah. Benarkah???



Salah satu artikel yang membuat saya setuju, yang membuat saya semangat, yang membuat saya mengerti arti keduanya.....

INI DIA ARTIKELNYA

Ada yang mengatakan bahwa untuk sukses, kita memerlukan kerja keras alias work hard. Tapi, dewasa ini orang-orang mulai memunculkan gagasan kerja cerdas atau work smart. Di Amerika Serikat, prinsip kerja keras telah mengakar di Negeri Paman Sam itu selama lebih dari 3 abad. Dahulu, ketika sektor industry dianggap paling menjanjikan dan memasuki masa keemasannya, semua orang berlomba-lomba untuk bekerja keras. Kini, ketika zaman sudah berubah, bisnis beralih dan memusatkan konsentrasinya pada sector pelayanan. Berkembanganya era digital dan teknologi informasi membuat para pekerja dan pebisnis mulai berpikir bahwa kerja cerdas akan memberikan hasil yang lebih baik.

Kerja keras mengacu pada proses bekerja yang tekun, terus-menerus, sabar, dan bersedia melakukan banyak hal untuk mencapai kesuksesan. Contohnya sangat banyak di sekitar kita, bagaimana dulu para pengusaha hampir bangkrut saat krisis moneter tahun 1997. Tapi, dengan kerja kerasnya, mereka tetap bertahan membangun kembali usahanya. Begitu juga dengan korban tsunami di Aceh dan tanah longsor di Nepal yang membuat orang-orang kaya kehilangan seluruh rumah dan harta benda lainnya. Mereka meniti kembali usahanya dari awal, kembali dari nol. Hanya orang-orang yang bekerja keras saja yang bisa bertahan menghadapi situasi sulit seperti itu.

Di sisi lain, kerja cerdas banyak digaungkan oleh para eksekutif dan pebisnis muda masa kini. Menurut mereka, ada banyak sekali peluang di sekitar kita. Kita harus cerdas dan berpikir taktis untuk mampu menangkap dan memanfaatkan peluang yang ada. Banyaknya pengangguran saat ini tidak lain karena ketidaktahuan dan kemalasan berpikir. Kalau ada orang yang sudah bekerja selama belasan bahkan puluhan tahun tapi tidak bisa kaya, itu juga karena orang-orang itu tidak paham bagaimana bekerja dengan cerdas. Bekerja cerdas berarti mengurangi waktu kerja, tapi meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, seseorang memiliki waktu yang lebih banyak.
Bekerja keras sebenarnya merupakan mental dasar yang harus dimiliki oleh semua orang. Orang yang bekerja keras akan bisa menghadapi situasi sulit sekalipun. Kerja keras adalah dasar yang harus dimiliki untuk membangun usaha dan karir. Sayangnya, dalam beberapa bidang keahlian kerja keras tidaklah cukup. Bekerja keras tanpa kerja cerdas hanya akan membuang waktu dan energi, tanpa memberikan banyak hasil. Saat itulah dibutuhkan adanya kerja keras. Seseorang harus memutar otaknya agar ia bisa menghasilkan lebih banyak dengan modal yang sama.

Mengapa tidak mengaplikasikan keduanya sekaligus?

Bekerja cerdas memang sangat diperlukan, tapi ini hanyalah setengah usaha untuk mencapai kesuksesan. Tidak ada satupun pengusaha sukses atau pemilik jabatan eksekutif yang tidak bekerja keras. Saat ini memang banyak sekali pakar dan pengusaha yang menganjurkan untuk lebih bekerja cerdas. Pengusaha seperti Donald Trump, Bill Gates dan Mark Zuckenberg memang hanya akan mengatakan bahwa kesuksesannya dibangun dengan kecerdasan, kecerdikan, ketelitian, kemampuan mengambil resiko, dan otak brilian. Padahal di balik kesuksesannya, mereka pernah mengalami jatuh-bangun. Mereka pernah hanya tidur selama 3 jam di tempat yang tidak nyaman. Mereka pernah bangun dini hari untuk mempersiapkan pekerjaannya, ketika orang lain masih enak tidur. Para pebisnis sukses ini tahu betul, bahwa keberhasilan membutuhkan kerja keras. Bahkan gagasan kerja keras ini pun masih mereka lakukan sampai sekarang. Faktanya, belum ada satu pun pengusaha kaya raya yang langsung puas menikmati kerja kerasnya di usia tua. Meskipun sudah tua, mereka tidak diam saja di rumah atau jalan-jalan dan berbelanja.

Alexis Ohanian menyatakan bahwa untuk membangun sebuah bisnis, seseorang harus bekerja keras dan kerja cerdas sekaligus. Di awal, seseorang wajib bekerja keras dan dan menjalani hidup penuh tekanan. Harus menghemat untuk bisa mengumpulkan modal dan mengembangkan bisnis lebih luas lagi. Untuk mengembangkan bisnis ini, kita juga harus cerdas melihat kebutuhan pasar. Kita tidak hanya memasarkan, tetapi memenuhi kebutuhan masyarakat dan menarik perhatian mereka dengan apa yang kita miliki.

Keberhasilan tidak hanya dibangun dengan kerja cerdas. Setidaknya, tidak sesederhana itu. Menurut Michael Moroney, orang sukses memang bekerja dengan cerdas, tetapi juga sekaligus bekerja keras. Keduanya harus dikombinasikan. Tidak mungkin bisa sukses hanya dengan salah satunya.
http://www.arthinkle.com/articles/detail/kerja-keras-atau-kerja-cerdas


Than..... setiap kerja keras maka harus dibarengi dengan kerja cerdas begitupun sebaliknya. Kalau kita hanya kerja keras saja bertahun2 akan sama, akan begitu2 saja. Tapi jika kita cerdas melihat potensi diri kita, cerdas melihat peluang, cerdas melihat lingkungan. Maka yang kita dapatkan pun akan lebih dari yang kita harapkan. Dan tentu saja didalam kerja cerdas harus ada kerja keras agar apa yang kita kerjakan berjalan terus menerus walau pun harus jatuh bangun. ^___^

Tangerang 
6 Febuari 2016
08:14 WIB 

Busway Vs KRL


Setiap aku pulang ke kota asalku menggunakan alat trasportasi yang lebih mudah dan cepat maka aku pilih kereta. Dari Pasarminggu (stasiun yang dekat dengan kampusku) sampai Tangerang (kota tujuan pulang) kira-kira ditempuh kurang lebih 2jam an itu pun kalau dari stasiun transit (Duri) kereta tujuan tangerang langsung tersedia. Aku menggunakan kereta jurusan Bogor-Jatinegara, dimulai dari stasiun pasar minggu turun di stasiun Duri dan harus berganti kereta jurusan Tangerang. Aku mungkin bisa dibilang penghuni kereta baru, kira2 baru akhir tahun lalu aku aktif menaiki KRL komuterline JABODETABEK sampai saat ini sudah hapal semua rutenya hehe. Ya selain cepat sampai tujuan, tempatnya nyaman, dan lagi biaya ongkos kereta pun tidak mahal. Hitungannya, 3 stasiun pertama 2 ribu, 3 stasiun berikutnya ditambah 500 (klo ga salah ya :D) soalnya aku biasa pulang ongkosnya cuma 4.500 saja lumayan deh. Dari awal kuliah aku belum tahu rute kereta di tangerang, jadi aku lebih pilih naek busway saja. Tapi jika dibandingkan ongkosnya lebih murah busway hanya 3500 ke semua tujuan. Tapi kalau dari rumahku lebih mahal naek busway, soalnya dari tangerang harus naek angkot ke kali deres (kan busway adanya dijkt doang jdi harus ke jakbar dulu) lumayan agak jauh ongkosnya kalo dulu 4000 (ga tau sekarang :D). Nah kalau di akumulasikan rutenya seperti ini:

1. Naek Busway = angkot ke kali deres = 4.000 sekarang 6000 Naek busway jurusan kali deres-pulo gadung = 3.500 transit di monas. Aek lagi jurusan monas-Ragunan turun di halte pejaten. Naek angkot 36 turun di dpn UNAS ongkos= 1500 (klo dulu) 2500 (sekarang). Waktunya lebih cepat sekitar 3jam lambat 5jam (macet, nunggu busway, segala macemlah).

2. Naek Kereta = angkot ke stasiun kota tangerang ongkos=2500/3000 naek kereta kcomuterline JABODETABEK ongkos 4.500 turun di stasiun duri transit naek kereta jurusan bogor turun di pasar minggu naek angkot 61 ongkos= 3000 turun langsung depan UNAS. Waktunya paling cepat 1jam paling lambat 3jam (lambat karena nunggu kereta dari duri ke bogor).

Nah jadi klo ditanya enakan naek apa? Jawabannya kereta! Soalnya ga ada macetnya walaupun di kereta kita ga dapat tempat duduk tapi kereta cepat sampainya. Beda dengan busway kemacetan ibukota ga bisa terbantahkan! Apalagi klo musimnya banjir, busway banyak yang ga beroprasi karenanya. Sampe inget waktu itu sekitar jam 10an berjam2 nunggu di harmoni sampe penumpang nge beludak, ga ada satupun busway yang mau ke arah kali deres soalnya katanya banjir di halte pesing apa gitu. pengalaman banget nih pas musim ujan banyak busway yang mogok atau memogokan diri. yang sengaja memogokan diri karna ga berani nerobos banjir walaupun penumpangnya membeludak tetep aja ga peduli. 

Pernah saat pulang dari kampus sampe halte harmoni sekitar jam 8an. dan antrian saat itu sudah panjang seperti biasanya jadi ga ada yang aku hirauin. Semua penumpang pun yang biasa antri tetap pada barisannya masing-masing. sampai jam 9 menuju jam 10an kenapa buswaynya ga ada yang datang untuk mengangkut penumpang? padahal saat itu penumpang jurusan Harmoni-Kalideres sampai membeludak. hal ini hanya berlaku pada koridor kami. ternyata dapat kabar bahwa di sekiar pesing sampai grogol banjir jadi busnya tak ada yang ingin melintas. Sebagian penumpang pergi meninggalkannya. Tapi entah kenapa sebagian besar penumpang tetap bersikeras untuk menunggu dan berharap ada bis yang akan mengangkutnya, salah satunya aku. Entahlah apa alasan mereka, tapi yang jelas alasanku karna tidak ada ongkos lagi. Sehari aku hanya dikasih uang jajan 50 ribu 20ribu buat ongkos sisanya buat makan plus print atau copy tugas kuliah jadi bisa-bisa aku ngebaginya. Selain itu 
karna jam 9 mana ada angkot yang melintas bahkan dengan kondisi banjir seperti ini. 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...