KRISIS MONETER DI ASIA THN 1997
Zaman dahulu dimana Emas menjadi nilai alat tukar dunia. Namun setelah perang dunia adanya keinginan menjaga kestabilan nilai mata uang. Maka diadakan konferensi Bretten Words dimana adanya patokan 1troy once emas=35USD. Dipilih dollar karena adanya indikasi dominasi Amerika menjadi adidaya baru pasca perang dunia. Diberlakukannya dollar karena negara-negara dunia menerima dan nilai dollar stabil dimata dunia. Maka dari thn 1944-1972 diberlakukannya era sistem Brotten Words. Setelah tahun 1972 sistem ini diberhentikan karena Amerika tidak lagi sanggup memberikan jaminan atas kebutuhan dollar dunia. Dan kurs mata uang diserahkan oleh pasar dimana kurs mata uang ini tidak stabil dan selalu mengalami perubahan dengan sistem kurs internasional.
Krisis moneter ini terjadi karena perpindahan kurs mata uang dunia. Yang tadinya dipatok (stabil) menjadi tidak dipatok dan diserahkan oleh pasar (tidak stabil). Saat itu negara-negara Asia tidak sanggup mengikuti kurs yang tidak stabil. Khususnya Indonesia, yang mengandalkan cadangan devisa dollar. Ketika dollar jatuh, maka dampak negatifnya menyerang negara. Di Indonesia sendiri pada saat itu terjadi inflasi besar-besaran dimana mata uang rupiah naik menjadi 9000 rupiah/1 dollar. Dan selain itu, penyebab-penyebab krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia adalah Stok hutang luar negeri swasta. Dimana jumlah hutang luar negeri swasta lebih besar dari pemerintah. Namun dalam hal ini banyak perusahaan swasta yang tidak mampu membayar akhirnya melakukan gulung tikar (bangkrut). Dengan kata lain maka beban hutang ini diserahkan kepada pemerintah. Dan negaralah yang harus bertanggung jawab. Disisi lain, pemerintah mencoba meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Namun yang dilakukan dengan cara meminjam (berhutang) kepada luar negeri guna menekan laju pertumbuhan ekonomi. Maka negaralah yang bertanggung jawab atas pengembalian hutang-hutangnya. Dan saat itu indonesia mengalami krisis yang dasyat.
KRISIS MONETER THN 2008
Bermula pada krisis Amerika Serikat lalu menyebar ke negara-negara lain di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Krisis ekonomi ini diawali karena adanya dorongan untuk konsumsi (propincity to Consume). Dimana rakyat Amerika hidup dalam konsumerisme di luar batas kemampuan pendapatan yang diterimanya. Mereka hidup dalam hutang, belanja dengan kartu kredit, dan kredit perumahan. Pada akhirnya perusahaan –perusahaan tersebut harus bangkrut karena tidak dapat membayar seluruh hutang-hutangnya yang mengalami jatuh tempo pada saat yang bersamaan. Runtuhnya perusahaan-perusahaan finansial tersebut mengakibatkan bursa saham Wall Street menjadi tak berdaya.
Penyebab terjadinya krisis ekonomi Amerika Serikat, yaitu penumpukkan hutang yang sangat besar, adanya program pengurangan pajak korporasi yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan Negara, besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membiayai perang Irak dan Afghanistan, lembaga pengawas keuangan CFTC (Commodity Futures Trading Commision) tidak mengawasi mengawasi ICE (Inter Continental Exchange) sebuah badan yang melakukan aktifitas perdagangan berjangka, kerugian surat berharga property, dan yang terakhir adalah keputusan suku bunga murah yang mengakibatkan timbulnya spekulasi yang berlebihan. Penurunan suku bunga yang dilakukan oleh The Federal Reserve of The United States atau bank sentral Amerika yang kala itu dipimpin oleh master ekonom dunia Alan Greenspan membuat gejolak baru di pasar amerika.
Indonesia merupakan negara yang mengalami dampak negatif paling ringan dari krisis tersebut dibandingkan negara lainnya. Selamatnya Indonesia dari gempuran krisis finansial yang berasal dari Amerika itu adalah berkat minimnya proporsi ekspor terhadap PDB. Namun ada beberapa dampaknya bagi Indonesia antara lain: perusahaan-perusahaan mengurangi jumlah tenaga kerjanya. Dengan bertambahnya angka pengangguran maka pendapatan per kapita juga akan berkurang dan angka kemiskinan juga akan ikut bertambah pula. Dampak berikutnya penarikan aliran dana imvestor asing. Indonesia merupakan Negara yang masih sangat bergantung dengan aliran dana dari investor asing, dengan adanya krisis global ini secara otomatis para investor asing tersebut menarik dananya dari Indonesia. Hal ini yang berakibat jatuhnya nilai mata uang kita. Aliran dana asing yang tadinya akan digunakan untuk pembangunan ekonomi dan untuk menjalankan perusahaan-perusahaan hilang, banyak perusahaan menjadi tidak berdaya, yang pada ujungnya Negara kembalilah yang harus menanggung hutang perbankan dan perusahaan swasta.
*Sebagai tugas mata kuliah Ekonomi Politik Internasional