Hari ini, aku merasa kosong.
Bukan karena tidak ada orang di sekelilingku… tapi karena hatiku sudah terlalu sering merasa sendiri, bahkan saat sedang bersama.
Aku lelah.
Bukan hanya karena aktivitas harian atau kelelahan fisik sebagai ibu. Tapi karena aku terus memendam sesuatu yang tak bisa kusampaikan dengan kata-kata.
Sesuatu yang sudah lama mengganjal, tapi tak kunjung sembuh.
Luka itu… masih ada.
Meski semua orang bilang aku harusnya sudah move on.
Harusnya sudah melupakan.
Harusnya sudah memaafkan.
Tapi bagaimana caranya memaafkan kalau aku sendiri belum pernah benar-benar didengarkan?
Bagaimana bisa melupakan kalau yang menyakitiku seolah tak pernah merasa bersalah?
Yang paling menyakitkan bukan saat dia menyakiti,
tapi saat aku mulai percaya bahwa mungkin aku memang pantas disakiti.
Kadang aku benci diriku sendiri.
Karena masih berharap, masih menunggu perubahan,
padahal hatiku tahu — aku sedang berdiri sendirian dalam doa yang tak pernah dijawab.
Aku ingin sembuh.
Tapi aku juga ingin dimengerti, bukan dipaksa kuat.
Aku ingin dicintai, bukan dituntut sempurna.
Aku ingin menjadi aku… tanpa harus berpura-pura baik-baik saja.
Hari ini, aku menulis bukan karena aku sudah kuat.
Tapi karena aku tak ingin semakin rapuh hanya karena diam.
Semoga satu hari nanti, aku bisa membaca tulisan ini sambil tersenyum…
karena aku tahu aku pernah bertahan, bahkan saat hatiku retak.
— dari aku, yang sedang berusaha menemukan kembali dirinya sendiri.