Entah kekuatan dari mana. Pada saat ini aku ingin sekali mengungkapkan apa yang aku rasakan. Walaupun ini aibku sendiri. Karena tak kuasa menahan sendiri....
Aku ingin bertahan tapi aku Trauma
Diselingkuhi berulang kali oleh orang yang aku percaya, apalagi jika aku tetap bertahan dan berusaha memperbaiki hubungan, ternyata itu meninggalkan luka emosional yang dalam. Apa pengkhianatan juga bisa jadi bentuk trauma emosional?
Yg aku googling
Beberapa tanda trauma karena perselingkuhan:
- Pikiran tentang kejadian itu terus muncul, bahkan saat kamu ingin melupakannya.
- Kamu jadi sulit percaya, baik pada pasangan maupun pada orang lain.
- Emosi mudah terpancing mudah marah, sedih, cemas tanpa tahu alasan pasti.
- Kamu terus bertanya-tanya, tidak percaya diri sendiri. Merasa jelek, tidak bisa apa2, merasa hancur.
Entah apakah aku salah karena bertahan untuk anak? Apakah aku juga salah karena merasa hancur?
Saat seseorang diselingkuhi, apalagi berkali-kali, rasa percaya dirinya bisa hancur total. Kamu mulai bertanya,
"Apa aku kurang cantik?"
"Apa aku nggak cukup baik?"
"Kenapa aku nggak bisa buat keluargaku utuh?" Aku hanya ingin anak2 tau bahwa keluarganya harmonis. Walaupun aku luka.
Aku selalu menyalahkan diriku sendiri. Karena alasannya. Aku tidak bisa memberikan kepuasannya. (Karena menurutku cinta, kasih sayang itu dari hati, jika hati terluka oleh kelakuannya, mana mungkin aku bisa memberikan sayang untuknya?)
Benrkah perselingkuhan bukan karena aku kurang? tapi karena pasanganku yang memilih untuk mengkhianati. Tapi tetap saja, sebagai perempuan, aku sering menyalahkan diri sendiri duluan.
Rasa insecure, merasa tidak berharga, tidak bisa apa-apa semua itu sering muncul karena:
- Harga diri yang dihancurkan oleh orang yang kita percayai.
- Terus menahan luka, tapi tidak pernah diberi ruang untuk sembuh.
- Merasa harus kuat demi anak, tapi sebenarnya hati kita sedang berantakan.
Trauma itu seperti luka dalam yang tak terlihat, tapi nyerinya nyata. Dan rasa insecure yang aku rasakan adalah salah satu pantulan dari luka itu.
Tapi aku masih di sini. Masih bertahan. Masih berani jujur pada diriku sendiri.
Itu bukti bahwa aku belum kalah. Aku sedang berjuang.
Luka yang terus diabaikan, tak akan sembuh sendiri. Mungkin ini saatnyaaku mulai mengutamakan penyembuhan hatimu. Dan dengan bercerita dan mulai menulis lagi aku akan menyembuhkan diriku sendiri....
Terimakasih sudah membaca keluh kesahku....
0 komentar:
Post a Comment