1. MENGAPA SERING TERJADI KONFLIK DI
TIMUR TENGAH?
Perbedaan-perbedaan
yang dimiliki oleh negara-negara Timur Tengah
Hal yang
harus diingat bahwa tidak semua perbedaan dapat menimbulkan konflik.
Akan tetapi
di Timur Tengah perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh suatu negara dapat
menimbulkan perbedaan yang lain, seperti perbedaan dalam bentuk pemerintahan
menimbulkan perbedaan yang lain dalam orientasi politik luar negeri. Kedua,
perbedaan yang mereka miliki telah mengundang campur tangan asing untuk memecah
belah mereka sehingga perbedaan itu semakin tidak dapat menyatukan mereka dan
mempersulit terwujudnya integrasi. Ketiga, perbedaan tersebut telah
mengelompokkan negara-negara Timur Tengah kedalam kelompok tertentu, misalnya
kelompok negara Kerajaan yang moderat dan kelompok negara Republik yang radikal sehingga kedua kelompok
ini memposisikan diri sebagai salah satu kelompok yang saling bermusuhan.
Rendahnya Legitimasi
Politik
Legitimasi
politik yang rendah akan menimbulkan ketidakpastian rakyat yang kemudian dapat
menyebabkan konflik antara penguasa dengan rakyat, antara rakyat dengan rakyat.
Keadaan ini akan diperparah dengan datangnya campur tangan asing baik yang
berasal dari wilayah Timur Tengah sendiri maupun dari luar wilayah Timur
Tengah.
Kesulitan Mewujudkan
Integrasi Nasional dan Regional
Akibat dari
banyaknya perbedaan yang dimiliki dan rendahnya legitimasi maka integrasi
nasional masing-masing negara dan integrasi regional antar negara Timur Tengah
sulit terwujud sehingga menumbuh suburkan konflik.
Campur tangan Asing
Perbedaan-perbedaan
yang dimiliki, rendahnya legitimasi dan sulitnya integrasi telah mendorong
campur tangan asing. Campur tangan asing ini dapat menjadi penyebab munculnya
konflik atau memperuncing konflik yang telah terjadi. Campur tangan asing juga dapat
berupa peninggalan yang dibuat pada masa lampau seperti konflik Arab-Israel
adalah peninggalan Inggris karena Deklarasi Balfour tahun 1917, dan konflik di
Libanon merupakan peninggalan Perancis berupa Pakta Nasional 1943.
Adanya bangsa yang
tidak memiliki negara, yaitu Palestina
Berdirinya
negara Israel tahun 1948 telah menyebabkan bangsa Palestina kehilangan
wilayahnya, sehingga bangsa Palestina menjadi pengungsi dihampir semua negara
Arab. Keadaan ini menyebabkan konflik antara pengungsi dengan negara yang
bersangkutan. Konflik juga disebabkan karena perbedaan sikap masing-masing
negara Arab terhadap bangsa Palestina dan Israel.
Kondisi Geografis
(Lihat ciri umum wilayah Timur Tengah)
Letak
strategis penghubung antara benua Eropa, Afrika dan Asia sehingga menjadi lalu
lintas yang padat, apalagi setelah dibukanya Terusan Suez. Akibatnya banyak
Negara ingin menguasai atau menanamkan pengaruhnya diwilayah ini sehingga
menjadi ajang perebutan disamping juga penolakan wilayah yang akan dikuasai.
Sebagai
tempat suci tiga agama; Islam, Kristen dan Yahudi.
Kekayaan
alam; minyak yang melimpah, gas dan mineral.
Perbatasan
yang labil.
Kelangkaan
akan air karena terbatasnya jumlah sungai ditambah dengan sungai yang ada
mengalir kebeberapa negara.
Suhu udara
yang terlalu panas kemungkinan mempengaruhi temperamen seseorang untuk
bermusuhan dengan yang lain.
Penyebab Utama Konflik palestina
israel
Satu
negara/wilayah yaitu Palestina yang diperebutkan oleh dua bangsa yaitu bangsa
Arab Palestina dan bangsa Yahudi.
Penyebab Pemicu
Diproklamasikannya
negara Palestina pada tanggal 15 Mei 1948 yang kemudian mendapatkan pengakuan
dari Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Asal usul Konflik Palestina-Israel
Pada tahun
1897 diadakan Kongres Yahudi di Bassel, Swiss yang melahirkan ide Zionisme
yaitu suatu gerakan yang menghimpun kembali bangsa Yahudi diseluruh dunia di
Palestina. Tokoh zionisme adalah Theodor Herzl.
1897-1917
merupakan masa pengiriman imigran Yahudi untuk mendirikan Eretz Yisrael (tanah
Israel) yang dijanjikan Tuhan untuk orang-orang Yahudi.
15 Mei 1948
Palestina lepas dari jajahan Inggris, namun sehari sebelumnya (14 Mei 1948),
Israel mengambilalih kekuasaan Palestina dari Inggris, sejak saat itu konflik
terbuka Palestina-Israel dimulai.
1948
terjadi perang antara Israel beserta sekutunya dengan negara-negara Arab untuk
memperebutkan Palestina, dan dimenangkan oleh Israel.
1974 PLO
(Palestine Liberation Organization) berdiri dengan ideologi Nasionalisme Sekuler.
1974 PLO
dibawah kepemimpinan Yasser Arafat menerapkan kebijakan nonkooperatif terhadap
Israel. Dampaknya, Arafat dianggap sebagai tokoh ’teroris’ yang diburu Israel.
Kemudian terjadi perubahan strategi perjuangan PLO dari perjuangan bersenjata
kepada perundingan dan akhirnya berdamai dengan Israel.
Faksi-faksi
perjuangan Palestina; PLO (Fatah), Hamas, Jihad Islam, dll.
Intifadhah
= pemberontakan, dalam bahasa Arab artinya menggetarkan/mengguncang.
Intifadhah
lahir pada 7 Desember 1987, PBB mendeskripsikan kondisi Intifadhah dalam bentuk
mobilisasi masa rakyat Palestina dari semua tingkat usia baik pemuda,
anak-anak, wanita, pedagang dan pekerja
yang melakukan demonstrasi guna memboikot ekonomi, penolakan pajak dan protes
terhadap pendudukan Israel terhadap tanah mereka serta menuntut kemerdekaan.
Karekteristik
Intifadhah;
Islamiyyah
Terus
menerus dan tertata rapi
Kepeloporan
Masjid
sebagai pusat gerakan
Total dan
simultan
Intifadhah
menggambarkan perjuangan Palestina yang offensif terhadap Israel yang deffensif.
MUNGKINKAH ISRAEL PALESTINA BERDAMAI? Argumentasi anda!
2. Jelaskan definisi
tentang Timur Tengah:
Pendapat pertama, David E. Long dan Bernard Reich
mengatakan bahwa wilayah Timur Tengah adalah negara-negara Arab non Afrika
ditambah Iran dan Israel. Dengan definisi ini negara-negara Arab yang terletak
di Afrika Utara seperti Mesir, Maroko, Libya dan Aljazair tidak dapat
dimasukkan kedalam wilayah Timur Tengah.
Pendapat kedua, Roy R. Anderson, Robert F. Seibert,
John G. Wagner dan Robert O. Freddman, mengartikan Timur Tengah sebagai
Negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab ditambah dengan Iran, Israel dan
Turki.
Pendapat ketiga, memasukkan negara-negara seperti
Afghanistan, Pakistan bahkan negara-negara Asia Tengah bekas Uni Soviet kedalam
wilayah Timur Tengah. Pendapat ini dikemukakan dalam majalah The Middle East
terbitan Inggris dan The Middle East Journal terbitan Amerika Serikat.
3. UPAYA UNTUK MENGAKHIRI KONFLIK DAN KRISIS SURIAH
4. JELASKAN KASUS ARAB SPRING!
5. Jelaskan Politik Luar Negeri Mesir (Nasser,
Sadat dan Mubarak)
Gamal Abdul Nasser
Revolusi
1952 berhasil menggulingkan Raja Farouk oleh gerakan ”Perwira Muda” dibawah
pimpinan Kol. Gamal Abdul Nasser.
Setelah
berkuasa, Nasser membuka hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat guna
memperkuat persenjataan, namun AS memberi syarat bahwa Mesir harus bergabung
dengan AS (Blok Barat) dan menerapkan kebijakan anti Komunis atau memusuhi Blok
Timur (Uni Soviet). Mesir (Nasser) menolak syarat tersebut, kemudian Nasser
membuka hubungan dengan negara-negara Blok Timur seperti Chekoslowakia dan
akhirnya dengan Uni Soviet.
Bantuan
persenjataan Uni soviet ke Mesir menandakan awal dimulainya orientasi Mesir ke
Timur.
Nasser
tidak menghendaki berkembangnya faham komunis dan tetap mempertahankan idelogi
Sosialisme Arab. Walau Ideologi Sosialisme Arab tidak pernah dirinci dengan
jelas, namun pada umumnya diartikan sebagai orientasi politik yang berdasarkan
kerakyatan.
Nasser
mengembangkan gagasan Pan Arabisme guna membangun dunia Arab yang bersatu,
kemudian dibentuklah Liga Arab di Alexandria (Iskandariah) pada Maret 1945.
Nasser
mengusulkan dibentuknya Republik Persatuan Arab (United Arab Republic). Gagasan
ini hanya mendapat tanggapan dari Syria. Penggabungan Mesir-Syria menjadi
Republik Persatuan Arab hanya bertahan singkat, yaitu dari 1956 sampai dengan
1958.
Eksistensi
Nasser sebagai pemimpin revolusioner telah memicu/menstimulus terjadinya
gerakan revolusi dibeberapa negara tetangga, antara lain:
Runtuhnya
Kerajaan Irak pada tahun 1958
Revolusi di
Yaman Utara pada tahun 1962
Kudeta
Militer di Syria pada tahun 1963
Perebutan
kekuasaan oleh Partai Baath di Irak pada tahun 1968
Kudeta
Militer di Sudan pada tahun 1959
Kudeta
Militer di Libya pada tahun 1969
Nasser
lebih sering menggunakan Liga Arab dan GNB dalam menjalankan Politik Luar
Negeri Mesir.
Nasser
sangat terpukul oleh kekalahan perang 6 hari melawan Israel pada tahun 1967
yang berakibat didudukinya wilayah Mesir (Semenanjung Sinai) oleh Israel.
Kekalahan tersebut berdampak pada pengunduran diri Nasser sebagai Kepala
Negara. Namun melalui referendum, Nasser terpilih kembali.
28
September 1970 Nasser wafat karena serangan jantung.
Anwar Sadat
Kebijakan
Sadat sangat berbeda dengan Nasser, baik dari aspek politik Dalam Negeri maupun
politik Luar Negeri Mesir.
Dalam
politik domestik, Sadat mengeluarkan kebijakan infitah (pintu terbuka) sebagai
permulaan liberalisasi ekonomi.
Sedangkan
dalam politik Luar Negeri, Sadat melakukan upaya/gerakan pembersihan terhadap
anasir ’sayap kiri’ yang pro Soviet dan mengurangi intensitas hubungan
diplomatik dengan negara-negara Blok Timur.
1973
terjadi Perang Mesir-Israel, bagi Mesir perang tersebut disebut sebagai ’perang
Ramadhan’, sedangkan Israel menyebutnya sebagai ’perang Yom Kippur’. Perang ini
berhasil menghancurkan benteng pertahanan Israel serta dapat merebut kembali
Semenanjung Sinai. Tujuan lain dari perang ini adalah upaya melibatkan Amerika
Serikat yang nantinya dapat mempertemukan Mesir-Israel dalam meja perundingan.
Pada
November 1977 Sadat melakukan kunjungan ’fenomenal’ ke Yerussalem guna merintis
usaha perdamaian melalui perundingan langsung dengan Israel.
Kunjungan
Sadat tersebut dibalas oleh Manachem Begin (PM Israel) dengan mengunjungi
Mesir. Sikap saling mengunjungi tersebut menghapus slogan ’no recognition dan
no negotiation, kemudian yang tinggal hanya no peace.
17
September 1978 diadakan perundingan dalam bentuk perjanjian perdamaian di Camp
David yang dihadiri oleh J. Carter (AS), Anwar Sadat dan Machem Begin.
Perjanjian
Camp David menimbulkan reaksi pro-kontra dari Negara-negara Arab lainnya,
dampaknya bagi Mesir antara lain:
Mesir
dikeluarkan dari keanggotaan Liga Arab.
Markas
Pusat Liga Arab dipindahkan dari Kairo ke Tunis
Berbagai
bantuan dari negara-negara Arab dihentikan
Mesir
terkucil dari Dunia Arab.
6 Oktober
1981 Anwar Sadat terbunuh pada acara kemiliteran guna memperingati Perang 1967.
Salah satu
keberhasilan Sadat adalah mengembalikan Semenanjung Sinai yang diduduki Israel
pada 1967.
Husni Mubarak
Selama
hampir 6 tahun Mubarak menjadi Wapres dan pendukung loyal terhadap setiap
kebijakan Sadat.
Pada masa
kepemimpinannya, prioritas awal program kerja pemerintahan Mubarak adalah
memperbaiki perekonomian dengan melanjutkan kebijakan ’infitah’.
Mengingat
posisi Mesir yang dikucilkan oleh negara-negara Arab, maka Mubarak mencari
bantuan ekonomi pada Amerika Serikat. Salah satu hasilnya adalah adanya
pemutihan hutang.
Selain
melakukan hubungan dengan Amerika, Mubarak juga mulai melakukan normalisasi
hubungan dengan Uni Soviet. Salah satu upaya tersebut ialah ditingkatkannya
pertukaran kunjungan pejabat tinggi antar kedua negara.
Upaya Mesir
mendekati negara-negara Arab Ialah dengan memberikan dukungan kepada Irak pada
Perang Teluk I antara Irak vs Iran tahun 1979-1988.
Adapun pada
Perang Teluk II antara Irak vs Kuwait pada 2 Agustus 1990, Mesir bersama
negara-negara Arab lainnya mendukung Kuwait.
Setelah
dapat kesepahaman dengan negara-negara Arab lainnya, maka pada tahun 1989 Mesir
diterima kembali menjadi anggota Liga Arab.
Situasi
politik antar negara-negara Arab sangat sulit disimpulkan/diprediksi, terutama
dalam hal konflik dan persekutuan. Ini semua disebabkan oleh tidak adanya
kesamaan dalam common interest guna menghadapi common enemy/common opponent,
dalam hal ini terutama Israel yang didukung oleh sekutu abadinya yaitu Amerika
Serikat.